Mengenal Sosok KH Tubagus Ismail, Pejuang Dan Ulama Banten
Mulai dari intansi, lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah serta masyarakat ditanah air serempak mengadakan kegiatan seremonial sampai kegiatan perlombaan olahraga.
Begitupun di kampung-kampung lebih meriah dan semarak. Selain ada perlombaan seperti bola volly, sepal bola sampai balap karung dilombakan, dan pesertanya dari semua umur, mulai dari anak-anak, remaja sampai manula, baik laki-laki maupun wanita.
Ada hal yang menarik, pada peringatan
tasyakuran dan ramah tamah bersama para Perintis Kemerdekaan Veteran, Purnawirawan, Wredhatama, Warakawuri, Angkatan 45, Tokoh Masyarakat dan Generasi Muda di Pendopo KP3B, Curug Kota Serang, Kamis (15/8) bersama dengan Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy.
Jurnalis Kantor Berita RMOLBanten, mencoba menggali sosok pejuang KH Tubagus Ismail dari salah satu pejuang Banten yang usianya menginjak 93 tahun pada tanggal 15 Januari lalu, TB H Muhammad Djanawi.
"Baiklah. Seorang pejuang (KH Tubagus Ismail). Hanya dia nggak mau kalau dikubur, di makan pahlawan," kata TB H Muhammad Djanawi yang juga Ketua DPD Legium Veteran Republik Indonesia (LVRI) Provinsi Banten ditanya mengenai sosok KH Tubagus Ismail.
Meski tidak mengenal lebih banyak mengenai sosok Tubagus Ismail, Djanawi mengaku kehebatan dan kontribusi perjuangan ulama tersebut dalam mengusir penjajah, Belanda di Indonesia.
"Saya pernah ketemu dengan beliau di Jombang (Cilegon). Dan kalau nggak salah dikuburinnya juga di Cilegon. Yang jelas bukan di makan pahlawan, kuburnya," ungkapnya.
Jka dilihat dari silsilah dan keturunan dekat dari Tubagus Ismail masih menurut Djanawi, Ki Syamun (Brigjen KH Ismail, Pendiri Al Khariyah) merupakan keponakannya.
"Kerabat pejuang Ki Wasyid. Ki Syamun keponakanya. Saya juga ada kerabatnyya dari mame ende (kakek), Tubagus Ishak," ungkapnya.
Dilansir dari Wikipedia, pada tahun 1883, K.H. Tubagus Ismail pulang dari Mekkah. Sebagai keturunan Sultan Banten dia dianggap sebagai calon Wali Allahâ€.
Dengan kehadirannya ini maka dorongan untuk mendirikan kembali kesultanan Banten pun muncul kembali. Pada tahun 1884, berlangsung perundingan pertama yang membicarakan rencana kongkrit untuk mengadakan pemberontakan bersenjata.
Perundingan itu terjadi di rumah Haji Wasid, yang dipimpin oleh K.H Tubagus Ismail.
Dalam satu pertemuan di rumah Haji Wasid di Beji diputuskan untuk mencari pengikut dikalangan para murid.
Dua puluh enam pertemuan-pertemuan diadakan diberbagai tempat yang dihadiri bagian terbesar pemimpin-pemimpin pemberontakan setempat. Guru-guru tarekat ditugaskan untuk menyebarkan gagasan itu dan mencari pengikut.
Pejabat-pejabat Eropa merasa cemas melihat kegiatan yang sangat meningkat dalam kehidupan agama rakyat, akan tetapi mereka ditenangkan oleh pejabat-pejabat Banten yang tidak melihat hal-hal yang membahayakan dalam manifestasi-manifestasi keagamaan itu.
Pertemuan-pertemuan yang paling penting diantara anggota-anggota komplotan menggunakan kedok pesta rakyat, seperti pesta perkawinan atau pesta sunatan.
Pertemuan-pertemuan yang lebih kecil menggunakan kedok pertemuan zikir.
Mereka begitu pandai merahasiakan rencana-rencana komplotan mereka sehingga selama bertahun-tahun pemerintah kolonial tidak dapat menemukan fakta-fakta yang bisa dijadikan alasan untuk menangkap mereka.
Dalam empat bulan terakhir tahun 1887 kegiatan anggota-anggota komplotan sangat meningkat, mereka adakan pertemuan-pertemuan melakukan perjalanan dan mempropagandakan perjuangan mereka di satu pihak dan melatih murid-murid mereka dalam cara-cara bertempur di lain pihak.
Menjelang waktu itu, semangat pemberontakan sudah mencekam anggota-anggota tarekat.
Mereka sependapat bahwa gerakan mereka sudah mencapai banyak kemajuan, dan mereka memutuskan untuk memperluas persiapan-persiapan pemberontakan dan mengikutsertakan orang-orang di luar tarekat. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2H3YeKH
via gqrds
0 Response to "Mengenal Sosok KH Tubagus Ismail, Pejuang Dan Ulama Banten"
Posting Komentar