Perpetuum Mobile Menulis

SEBAGAI seorang yang sedang belajar menulis, saya mengagumi para mahapenulis yang terus-menerus gigih menulis tanpa henti meski menghadapi suasana lingkungan yang sebenarnya sama sekali tidak kondusif untuk menulis.

Maha Penulis


Saya mengagumi para mahapenulis seperti Boethius, Sir Walter Raleigh, Karl May, Jean Genet, Oscar Wilde, Ludwig Wittgenstein, Martin Luther King Jr., Nelson Mandella, Soekarno, Muhammad Hatta, Tan Malaka, Pramoedya Ananta Toer, HAMKA yang tetap menulis tak gentar meski berada di dalam penjara atau di tanah pengasingan.

Saya juga mengagumi Andi Malarangeng yang akibat dilarang menggunakan mesin ketik atau laptop maka diam-diam tetap menulis dengan menggunakan ball-point atau pensil ketika berada di dalam penjara.

Tanpa henti, saya juga kagum terhadap Dahlan Iskan yang meski sudah menjalani operasi buang empedu dan transplantasi hati masih ditambah rongrongan fitnah korupsi akibat alasan politis tetap setia tanpa henti setiap hari menulis naskah kolom.

Tokoh termutakhir yang masuk ke dalam daftar barisan para penulis yang saya kagumi akibat tetap gigih menulis meski berada di dalam kondisi yang tidak kondusif untuk menulis adalah Remy Silado.

Sastrawan

Remy Silado adalah nama seni berdasar notasi angka 23761 bagi Yapi Panda Abdiel Tambayongyang dilahirkan diMakassar,Sulawesi Selatan,12 Juli1945.
Remy Silado mengawali karier menulis sebagaiwartawanmajalahTempo, kemudian redaksi majalahAktuil,lalu dosenAkademi Sinematografi Bandung, serta ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.

Dia produktif menuliskritik,puisi,cerpen,novel,drama,kolom,esai, sajak, roman populer, buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi sejak usia 18 tahun.

Remy terkenal karena sikap berani melawan main-stream melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisanPuisi mBeling, bersama Jeihan dan Abdul Hadi WM.

Selain menulis banyaknovel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak akan film. Remy pernah dianugerahi hadiahKusala Sastra Khatulistiwa2002untuk novelKerudung Merah Kirmizi.

Dalam karya-karya fiksinya, sastrawan ini kerap menggali kata-kata lama yang sudah jarang dipakai sambil juga menciptakan kata-kata baru. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisan yang tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung riset yang radikal intensif dan komprehensif.

Mahasastrawan ini rajin kePerpustakaan Nasionaluntuk membongkararsiptua, dan menelusuri pasar bukutua.

Bravissimo

Mahakarya tulisan Remy Silado memang mengagumkan. Namun yang makin mengagumkan adalah fakta kenyataan bahwa di masa kini setelah sang mahapenulis polyglot mengalami dua kali serangan stroke kaliber cukup parah meski dalam kondisi ragawi tidak kondusif, dengan bekal perbendaharaan semangat hayat yang masih tersisa di kandung badan tetap menggelora gigih maju tak gentar secara terus-menerus tak kenal henti secara perpetuum mobile menulis, menulis dan menulis. Bravissimo, Remy Silado![**]

Penulis sedang belajar menulis

from RMOLBanten.com http://bit.ly/31PetUt
via gqrds

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perpetuum Mobile Menulis"

Posting Komentar