Pentingnya Jurnalisme Empati Saat Meliput ODHA

SERANG – Penderita HIV/AIDS rentan terhadap diskriminasi sosial dan psikologis. Mereka kelompok marjinal yang perlu mendapat perhatian lebih supaya bisa hidup dengan layak di tengah masyarakat.

Media sebagai salah satu sarana edukasi masyarakat, menjadi kian penting untuk menyampaikan informasi yang memadai mengenai keberadaan Orang dengan HIV AIDS (ODHA). Salah satu yang perlu dilakukan oleh seorang jurnalis adalah dengan mengusung Jurnalisme Empati.

Jurnalisme Empati merupakan pedoman Pers tanah air yang harus  dikedepankan saat meliput penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Melalui Jurnalisme Empati, pruduk jurnalistik akan lebih menyentuh, dan mengena dalam sisi Human Interest dalam proses produksi berita.

Demikian dikatakan oleh Ketua Bidang Gender, Anak dan Kelompok Marjinal pada Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Endah Lismartini saat lokakarya pemberantasan HIV dan AIDS bagi Jurnalis di Hotel Ultima Horison, Kota Serang, Senin (21/10/2019).

Endah menjelaskan, Jurnalis Empati dapat mengajarkan untuk melihat, mendengar, dan merasakan kesedihan narasumber. Bukan memberikan berita sesuai dengan keinginan dari para pembaca maupun jurnalis sendiri.

“Jurnalis Empati sangat penting, agar para pembaca dapat melihat, mengerti dan merasakan apa yang narasumber rasakan,” ujarnya.

Tak hanya itu, kata Endah, dalam Jurnalis Empati, bisa menjadi narasumber ataupun merasakan mereka yang tersingkirkan (Marjinal) yakni, para penderita HIV/AIDS, para LGBT, korban kejahatan dan korban bencana alam.

“Yang harus dilakukan saat ini adalah melakukan peliputan Jurnalis Empati, dengan mendengar dan memahami beritakan fakta. Sementara yang tidak boleh dilakukan saat melakukan Jurnalis Empati yakni, menghakimi, menilai, membantah maupun melibatkan opini,” tandasnya.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten Santoso Edi Budiono menyatakan banyak stigmatisasi masyarakat yang selama ini merugikan penderita HIV/AIDS (ODHA). Penderita terpuruk bukan hanya karena penyakitnya namun karena kondisi sosial yang mendiskriminasi penderita.

Pola pendampingan terhadap penderita ODHA menurut dia sangat membantu pasien untuk memiliki semangat hidup. Di sisi lain, menurutnya masih banyak penderita ODHA di Banten belum melakukan tes. Hal tersebut menjadi kerawanan yang harus segera mendapatkan solusi.

Oleh karena itu ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga pola hidup sehat, tidak mengkonsumsi narkoba, tidak melakukan seks bebas atau kegiatan lain yang berisiko tinggi terkena HIV AIDS.

(YouRed)



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pentingnya Jurnalisme Empati Saat Meliput ODHA"

Posting Komentar