Sosiolog: Tekan Radikalisme Mulai Dari Bawah Dan Libatkan Aparatur Desa
RMOLBanten. Peristiwa penyerangan Menkopolhukam Wiranto saat melakukan kunjungan ke Pandeglang merupakan aksi radikalisme. Sebab, aksi yang dilakukan penyerangan terbuka dengan sasaran pejabat negara.
Begitu kata Sosiolog dari Untirta Suwaib Amiruddin, Sabtu (12/10).
"Itu bagian dari aksi radikalisasi. Hal seperti ini baru kali ini terjadi di Indonesia. Memang harus diberikan pengamanan yang lebih bagus lagi kepada pejabat negara ketika melakukan kunjungan ke daerah,â katanya.
Suwaib menjelaskan, dari kacamatanya, aksi demikian bisa saja terjadi di seluruh wilayah.
Setidaknya ada dua faktor yang memengaruhi hingga seseorang hingga nekat melakukan tindak penyerangan seperti yang terjadi kemarin.
Pertama, ada kemungkinan pejabat negara sulit berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung sehingga ketika ada masukan yang disampaikan menjadi tersumbat.
Kedua, tak bisa dipungkiri dalam bermasyarakat ada saja kelompok yang cenderung saling mencurigai.
"Masyarakat yang tidak bisa kita nafikan, kelompok itu melahirkan indikasi saling mencurigai. Muncul lagi ketidaksenangan, muncul lagi indikasi ketidak mau menerima kelompok-kelompok lain. Inilah yang menyebabkan tidak mau menerima orang, yang pada akhirnya radikal,â katanya.
Suwaib menegaksan, adanya kelompok-kelompok tersebut tak secara otomatis menjadikan daerah tersebut sebagai sarang paham radikal. Sebab, radikalisme terbentuk dari orang-orang berpaham
sama dan membentuk organisasi.
"Jadi kalau terjadi di Banten jangan dianggap Banten sarang radikal, situasi ini bisa terjadi di wilayah di Indonesia. Karena saat kemaren datang ke Banten dan ada kesempatan, kelompok ini melakukan hal
demikian sehingga dilakukan di Banten,â ungkapnya.
Adapun yang bisa dilakukan untuk menekan kelompok-kelompok tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dan pengawasan berkesinambungan.
Pembinaan kata Suwaib, bisa dilakukan pemerintah dengan melibatkan aparat di tingkat paling bawah seperti desa.
"Karena yang bisa mendeteksi di 24 jam masyarakat ada di tingkat desa. Harus dilakukan pembinaan dari awal, jangan sampai ketika sudah melakukan aksi baru merespon. Makannya deteksi awal harus dilakukan aparatur di desa,â tuturnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2M8mP3N
via gqrds
Begitu kata Sosiolog dari Untirta Suwaib Amiruddin, Sabtu (12/10).
"Itu bagian dari aksi radikalisasi. Hal seperti ini baru kali ini terjadi di Indonesia. Memang harus diberikan pengamanan yang lebih bagus lagi kepada pejabat negara ketika melakukan kunjungan ke daerah,â katanya.
Suwaib menjelaskan, dari kacamatanya, aksi demikian bisa saja terjadi di seluruh wilayah.
Setidaknya ada dua faktor yang memengaruhi hingga seseorang hingga nekat melakukan tindak penyerangan seperti yang terjadi kemarin.
Pertama, ada kemungkinan pejabat negara sulit berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung sehingga ketika ada masukan yang disampaikan menjadi tersumbat.
Kedua, tak bisa dipungkiri dalam bermasyarakat ada saja kelompok yang cenderung saling mencurigai.
"Masyarakat yang tidak bisa kita nafikan, kelompok itu melahirkan indikasi saling mencurigai. Muncul lagi ketidaksenangan, muncul lagi indikasi ketidak mau menerima kelompok-kelompok lain. Inilah yang menyebabkan tidak mau menerima orang, yang pada akhirnya radikal,â katanya.
Suwaib menegaksan, adanya kelompok-kelompok tersebut tak secara otomatis menjadikan daerah tersebut sebagai sarang paham radikal. Sebab, radikalisme terbentuk dari orang-orang berpaham
sama dan membentuk organisasi.
"Jadi kalau terjadi di Banten jangan dianggap Banten sarang radikal, situasi ini bisa terjadi di wilayah di Indonesia. Karena saat kemaren datang ke Banten dan ada kesempatan, kelompok ini melakukan hal
demikian sehingga dilakukan di Banten,â ungkapnya.
Adapun yang bisa dilakukan untuk menekan kelompok-kelompok tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dan pengawasan berkesinambungan.
Pembinaan kata Suwaib, bisa dilakukan pemerintah dengan melibatkan aparat di tingkat paling bawah seperti desa.
"Karena yang bisa mendeteksi di 24 jam masyarakat ada di tingkat desa. Harus dilakukan pembinaan dari awal, jangan sampai ketika sudah melakukan aksi baru merespon. Makannya deteksi awal harus dilakukan aparatur di desa,â tuturnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2M8mP3N
via gqrds
0 Response to "Sosiolog: Tekan Radikalisme Mulai Dari Bawah Dan Libatkan Aparatur Desa"
Posting Komentar