P2TP2A Tangsel: Jangan Ada Pemasungan Anak Lagi
RMOLBANTEN. Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Tangsel, Herlina Mustikasari mendatangi kediaman almarhum anak yang terbakar karena dipasung orangtuanya.
Sebelumnya diketahui nama korban Gani, namun diketahui nama bocah tersebut Zidni Khoiri Alfatir (10).
Zidni sempat lama menghuni Rumah Singgah milik Dinas Sosial di Kademangan, Setu, Tangsel karena dipasung secara mengenaskan.
"Karena sedang ada renovasi dipulangkan dari Dinsos. Memang pada saat itu, Zidni sedang diupayakan untuk diasuh di yayasan yang menerima anak berkebutuhan khusus. Tapi ada kelengkapan yang harus dilengkapi syaratnya," ujar Herlina, Senin (18/11).
Pihaknya pun, merasa berduka dengan kepergian Zidni secara mengenaskan. Herlina meminta kejadian ini menjadi tanggung jawab semua pihak.
"Ya saya pribadi merasa berduka cita, saya pikir ini tanggung jawab semua. Semoga tidak terjadi lagi kasus seperti ini," ucapnya.
Herlina pun merasa kecolongan, karena pihaknya tidak memonitoring perkembangan Zidni selama berada di Rumah Singgah.
"Ini juga menjadi sebuah masukan evaluasi bagi kami, harus tuntas. Kami merasa prihatin dan terkejut, hidupnya berakhir dipasung. Padahal ayahnya sudah diberikan himbauan, enggak ada alasan apapun memasung anak. Dan, klien kami yang sudah diterminasi terus di monitor sampai lima tahun kedepan," papar Herlina.
Ia pun menghimbau kepada orangtua, apapun tingkah laku anak bisa dikendalikan tanpa harus memasung.
"Kami mengimbau kepada masyarakat ada caranya kok untuk edukasi kepada anak. Ada caranya enggak perlu anak dipasung," tuturnya.
Sementara itu Lurah Setu, Nain Gunawan mengatakan pihaknya sudah lama menyoroti keluarga Zidni. Bahkan pihak kelurahan yang awalnya mengarahkan Zidni untuk tinggal di Rumah Singgah milik Dinas Sosial di Kademangan.
"Keluarganya memang terhimpit ekonomi. Ayahnya Zidni hanya kerja serabutan. Kami di kelurahan kembali monitoring keberadaan Zidni di lingkungan. Soal rumah singgah itu gimananya silahkan langsung ke Dinsos," kata Nain.
Kondisi ekonomi yang sulit, membuat keluarga Zidni juga kerap berurusan dengan pihak kelurahan. Naim menjelaskan, pihaknya juga membantu ibunda Zidni dalam menjalani pengobatan lantaran penyakit diabetes.
"Kami urus semua domisilinya supaya bisa terurus BPJS-nya. Ibunda Zidni juga baru meninggal 40 hari lalu," paparnya. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2Kw3oki
via gqrds
Sebelumnya diketahui nama korban Gani, namun diketahui nama bocah tersebut Zidni Khoiri Alfatir (10).
Zidni sempat lama menghuni Rumah Singgah milik Dinas Sosial di Kademangan, Setu, Tangsel karena dipasung secara mengenaskan.
"Karena sedang ada renovasi dipulangkan dari Dinsos. Memang pada saat itu, Zidni sedang diupayakan untuk diasuh di yayasan yang menerima anak berkebutuhan khusus. Tapi ada kelengkapan yang harus dilengkapi syaratnya," ujar Herlina, Senin (18/11).
Pihaknya pun, merasa berduka dengan kepergian Zidni secara mengenaskan. Herlina meminta kejadian ini menjadi tanggung jawab semua pihak.
"Ya saya pribadi merasa berduka cita, saya pikir ini tanggung jawab semua. Semoga tidak terjadi lagi kasus seperti ini," ucapnya.
Herlina pun merasa kecolongan, karena pihaknya tidak memonitoring perkembangan Zidni selama berada di Rumah Singgah.
"Ini juga menjadi sebuah masukan evaluasi bagi kami, harus tuntas. Kami merasa prihatin dan terkejut, hidupnya berakhir dipasung. Padahal ayahnya sudah diberikan himbauan, enggak ada alasan apapun memasung anak. Dan, klien kami yang sudah diterminasi terus di monitor sampai lima tahun kedepan," papar Herlina.
Ia pun menghimbau kepada orangtua, apapun tingkah laku anak bisa dikendalikan tanpa harus memasung.
"Kami mengimbau kepada masyarakat ada caranya kok untuk edukasi kepada anak. Ada caranya enggak perlu anak dipasung," tuturnya.
Sementara itu Lurah Setu, Nain Gunawan mengatakan pihaknya sudah lama menyoroti keluarga Zidni. Bahkan pihak kelurahan yang awalnya mengarahkan Zidni untuk tinggal di Rumah Singgah milik Dinas Sosial di Kademangan.
"Keluarganya memang terhimpit ekonomi. Ayahnya Zidni hanya kerja serabutan. Kami di kelurahan kembali monitoring keberadaan Zidni di lingkungan. Soal rumah singgah itu gimananya silahkan langsung ke Dinsos," kata Nain.
Kondisi ekonomi yang sulit, membuat keluarga Zidni juga kerap berurusan dengan pihak kelurahan. Naim menjelaskan, pihaknya juga membantu ibunda Zidni dalam menjalani pengobatan lantaran penyakit diabetes.
"Kami urus semua domisilinya supaya bisa terurus BPJS-nya. Ibunda Zidni juga baru meninggal 40 hari lalu," paparnya. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2Kw3oki
via gqrds
0 Response to "P2TP2A Tangsel: Jangan Ada Pemasungan Anak Lagi"
Posting Komentar