Djaka Badranaya: Airin-Benyamin "Gagap" Tangani Pandemik Covid-19

RMOLBANTEN. Pemkot Tangsel dalam menangangi pandemik virus corona atau Covid-19 terlihat lambat. Anggaran besar Rp 47 miliar buat penangangan pandemik ini belum terlihat progresnya.

Selain itu, komunikasi Airin Rahmi Diani sebagai Walikota dan wakilnya Benyamin Davnie terhadap masyarakat belum terjalin baik, akibatnya terjadi miss komunikasi antara warga dan Pemkot

Seperti yang terjadi di dua tempat yang disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel untuk penanganan Covid-19 ini, yakni RS Aria Sentra Medika, Kedaung, Pamulang sebagai transit Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Kawasan Pertanian Terpadu (KPT), Tandon, Ciater, Serpong tempat isolasi bagi pasien Orang Dalam Pantauan (ODP) ditentang warga sekitar.

Warga Kedaung sempat protes dan menanyakan kepada Pemkot Tangsel terkait tempat yang dijadikan daerah penampungan pasien Covid ini. Bukan hanya itu, warga Ciater juga menggelar aksi menentang KPT Tandon Ciater dijadikan tempat pasien ODP oleh Pemkot Tangsel, karena tidak ada sosialisasi.

Pengamat Kebijakan Publik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Djaka Badranaya, menilai Pemkot Tangsel dalam menangani daruat Covid-19 belum sepenuhnya siap atau gagap.

"Saya melihat secara keseluruhan baik level Pusat maupun Pemkot, gagap dalam merespon wabah ini. Tidak hanya Tangsel hampir rata-rata di Kabupaten/Kota lainnya," tutur Djaka saat dihubungi, Senin (6/4).

Anggaran yang digelontorkan Pemkot Tangsel dalam menangani Covid-19 sebesar Rp 47 miliar memperlihatkan kegagapan itu.

Dari anggaran sebesar itu, kata mantan aktivis mahasiswa HMI Ciputat ini tidak nampak nilainya dengan yang dikeluarkan Pemkot, apakah buat beli APD, rapid test kit atau kebutuhan penunjang penangagan Covid-19.

"Yang jadi pertanyaan apakah anggaan Rp 47 miliar sudah cair?," katanya.

Djaka meyakini anggaran tersebut belum dieksekusi. Sepertinya Pemkot agak khawatir soal prosedur pencairan dananya. Disamping, ketersediaan alat yang dibelinya juga tidak gampang, meskipun prosedurnya katanya tidak perlu lelang.

Masih kata Djaka, seharusnya Tangsel sudah bisa memetakan wilayah, terlebih Jakarta Selatan (Jaksel) yang berbatasan dengan Tangsel menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Pemkot Tangsel, kata Djaka harusnya lebih cepat untuk mitigasi wabah Covid-19. Posisi Tangsel yang berbatasan dengan Jakarta Selatan yang menjadi episentrumnya wabah tersebut.

"Seperti Pondok Aren, menjadi kecamatan yang paling banyak jumlah pasien Covid-19. Jadi menurut saya, Pemkot gagap dan lamban menghadapi ini, karena jumlah laju penyebararan lebih cepat dari tindakan dan aksi," terang Djaka.

Gugus tugas yang dibuat Tangsel, kata Djaka, sumber daya manusianya (SDM) sangat terbatas. Terbukti, saat warga yang menghubungi gugus tugas dan selalu dijadikan 'bola ping pong' dalam artian saling lempar.

"Terkait penunjukan dua daerah Kedaung dan Ciater sebagai tempat penampungan pasien Cocid-19, mendapat respon negatif. Harusnya ada komunikasi yang mateng dulu melibatkan warga sekitar supaya tidak ada penolakan, terbukti kan di Tandon seperti itu," tambah Djaka.

Walau begitu, kata Djaka, apapun kebijakan yang dikeluarkan Pemkot Tangsel dapat diterima oleh masyarakat mengingat situasi darurat Covid-19.

"Mungkin ini asumsi yang diambil pemerintah masyarakat bisa menerima karena kondisinya seperti ini. Sama seperti di Natuna persoalan komunikasi kordinasi di lapangan yang kurang mateng," katanya.

Melihat situasi itu, kata Djaka, menjadi tantangan Walikota Tangsel, Airin Rachmi Diany diuji kapasitasnya sebagai pemimpin untuk menangani situasi seperti ini

"Kesimpulan akhirnya, inilah sebetulnya tantangan kepemimpinan seorang Walikota, justru dalam situasi normal itu kepemimpinan belum teruji. Ujian kepemimpinan Walikota diuji dalam kondisi krisis begini," demikian Djaka. [ars]


from RMOLBanten.com https://ift.tt/3dYH4Nu
via gqrds

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Djaka Badranaya: Airin-Benyamin "Gagap" Tangani Pandemik Covid-19"

Posting Komentar