Pancasila Vs Korona

 

 

Deny Surya Permana.

Oleh : Deny Surya Permana, Alumni Sekolah Pasca Sarjana UPI

Indonesia kewalahan menghadapi korona. Ketahanan negara sedang diuji, apakah mampu menjadi pemenang atau sebaliknya menyerah dan kalah.

Kasus positif pertama di Indonesia terjadi awal maret 2020. Tiap hari angkanya terus bertambah.  Nampaknya korona tidak akan segera pergi meninggalkan negeri ini. Perang masih panjang. Dibutuhkan strategi yang tepat untuk melawanya.

Negara lain pun kewalahan menghadapi pandemi ini. Amerika menjadi negara dengan angka kematian tertinggi. Jumlahnya sudah melebihi seratus ribu jiwa. Selain soal kesehatan, diskriminasi rasial terjadi. Warga Asia Amerika mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan karena dianggap sebagai penyebab penyebaran korona.

Diskriminasi juga terjadi di Indonesia. Entah disengaja atau tidak juru bicara satgas penanggulangan korona memberikan pernyataan orang miskin harus melindungi orang kaya dengan tidak menularkan korona.

Peristiwa ini viral di media sosial. Menjadi olokan. Seolah masyarakat miskin menjadi penyebab penularan korona.

Penularan korona tidak ditentukan oleh status sosial, ras, dan agama seseorang. Semua bisa terjangkit virus ini. Menteri perhubungan dan Wali Kota Bogor pernah merasakan keganasan korona. Setiap orang memiliki potensi tertular korona.

Mengapa Pancasila

Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Ideologi bangsa Indonesia. Pemikiran para pendiri bangsa.

Pancasila digali dari nilai luhur bangsa Indonesia. Bangsa yang memiliki keanekaragaman agama, suku, dan budaya. Oleh karena itu Pancasila memliki dua dimensi, yaitu dimensi spiritual dan sosial.
Dimensi spiritual diwakili oleh sila pertama. Sebagai cerminan bangsa Indonesia beragama. Agama berpengaruh besar terhadap cara berfikir dan berperilaku masyarakat Indonesia.

Diawal penyebaran korona, sempat viral kabar masyarakat Indonesia tidak akan terkena korona karena rajin berwudhu.
Ajakan berwudhu untuk melawan korona tentunya harus dibarengi dengan syarat material. Misalnya dengan tetap menjaga kebersihan dan menunda ibadah berjamaah bagi wilayah yang masuk zona merah.

Tapi sangat disayangkan, masih terjadi pelanggaran terhadap imbauan tersebut. Sehingga penularan korona kluster tempat ibadah muncul di beberapa daerah.
Jika sudah tertular maka yang rugi diri sendiri. Merasakan sakit. Kesepian diisolasi, risiko terburuk kehilangan nyawa. Dimakamkan dengan prosedur korona tanpa dihadiri keluarga tercinta.

Taat kepada Tuhan adalah titah. Taat kepada imbauan pemerintah untuk kebaikan bersama merupakan bagian ajaran agama.

Sila kedua sampai kelima merupakan dimensi sosial. Persatuan Indonesia bisa dijadikan strategi melawan korona.

Virus ini tidak bisa dilawan secara individual. Diperlukan persatuan untuk melawanya. Solidaritas pemerintah dan masyarakat kuncinya.

Pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus satu komando. Jangan ada lagi kebijakan yang membuat masyarakat bingung. Misalnya soal mudik lebaran. Kebijakan yang berbeda antar lembaga negara menjadi gambaran pemerintah tidak sejalan.

Selain itu, kebijakan yang diambil untuk menangani korona harus berdasarkan data dan riset. Jangan sampai ugal-ugalan karena akibatnya bisa fatal. Nyawa warga negara menjadi taruhannya.

Kita sedang berperang, dibutuhkan strategi jitu untuk menang dalam pertempuran.
Bagitupun masyarakat, harus bersatu. Tidak boleh egois. Ketika ada aturan menggunakan masker di tempat umum harus dipatuhi. Kita harus menjaga diri sendiri dan orang lain di sekitar kita.

Aturan untuk menjaga jarak dan tidak membuat kerumunan pun harus ditaati. Karena hanya itu yang bisa dilakukan untuk mencegah rantai penularan korona hingga vaksin ditemukan.

Saat sebagian masyarakat patuh terhadap aturan, dan sebagian lagi tidak. Penanganan korona akan sia-sia. Sudah bisa dipastikan Indonesia akan kalah dalam pertempuran.
Untuk menjadi pemenang, dibutuhkan persatuan. Pemerintah satu komando mengatasi korona. Masyarakat bersatu mematuhi aturan pemerintah. Agar Indonesia menjadi pemenang melawan korona. (*)



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pancasila Vs Korona"

Posting Komentar