Mau Tetap Untung, Pengrajin Tempe Di Tangsel Perkecil Ukuran

RMOLBANTEN. Para pengrajin tempe rumahan di Kampung Tempe, Kedaung, Pamulang, Tangsel terus menjerit dikarenakan harga kedelai masih tinggi.

Kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe, telah mengalami kenaikan harga sejak tiga bulan lalu.

Salah satu pengrajin tempe rumahan, Mugiono (45), ia harus merogoh koceknya dalam-dalam untuk membeli satu kuintal kedelai yang dinilainya sangat memberatkan.

"Saya kalau satu kuintal, satu kuintal itu Rp 1.100.000, kalau perkilo Rp 11.000. Itu sangat memberatkan banget toh pak, benar-benar memberatkan bukan setengah-setengah," kata Mugiono saat ditemui di Kedaung, Pamulang, Tangsel, Kamis (3/6).

Lanjut Mugiono, harga kedelai mengalami kenaikan dari harga normal Rp 800.000 perkuintal disaat menjelang puasa Ramadan 2021.

"Sudah sekitar 3 bulan, sebelum puasa sampai sekarang. Kalau kemarin normalnya Rp 800 ribu, terus ada kenaikan Rp 50 ribu tapi kan pada demo. Tapi, bukannya turun malah makin naik sampai Rp 900.000 sampai sekarang Rp 1.100.000," ungkapnya.

Atas dasar itu, Mugiono menyiasati bisnisnya agar tidak merugi dengan cara memangkas ukuran tempe saat dijual.

"Pengrajin tempe istilahnya kita kecilin, yang potong kita pendekin, yang pakai kotak biasanya pakai plastik ukuran 12 centimeter, kita pakai ukuran 11 centimeter," paparnya.

Lebih lanjut, ia berharap agar pemerintah bisa mengintervensi harga kedelai di pasaran agar para pengrajin tempe bisa berjalan normal.

"Ya pengennya ya harga kedelai dinormalkan, supaya konsumen pengrajin tempe punya pendapatan lebih. Enggak kaya sekarang berat banget, mudah-mudahan dari pihak pemerintah kasih solusi supaya harganya bisa normal," tutup Mugiono. [ars]


from RMOLBanten.com https://ift.tt/3cez0sz
via gqrds

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mau Tetap Untung, Pengrajin Tempe Di Tangsel Perkecil Ukuran"

Posting Komentar