Biaya Nikah Itu Mahal, Menabunglah Saat Masih Jomblo

Menikah menjadi salah satu fase kehidupan pada manusia yang dinantikan. Begitu istimewanya, sampai ada calon pengantin yang rela merogoh kocek banyak demi mewujudkan pernikahan idamannya.

Sebenarnya tak ada salahnya jika memang kamu termasuk yang rela mengeluarkan uang lebih untuk pesta pernikahan. Asalkan uang tersebut adalah uangmu sendiri bukan hasil ngutang.

Namun yang kini kerap terjadi calon pengantin tak punya banyak uang tapi memiliki banyak keinginan untuk pesta pernikahannya. Sehingga yang akhirnya terpaksa jadi pilihan adalah berutang.

Bagaimana agar tidak menjadi pengantin yang ngutang? Perencana keuangan Bareyn Mochaddin mengatakan dalam menyiapkan biaya pernikahan ada dua kategori orang. Pertama orang yang sudah tahu kapan dia akan menikah dan kedua, belum tahu sama sekali kapan atau malah juga dengan siapa akan menikah.

“Yang mau menikah pun terbagi dua lagi, Pertama yang sudah tahu waktunya kapan, jadi waktunya terukur. Lalu kedua, yang mau menikah sudah punya pasangannya tetapi belum tahu mau menikahnya kapan, itu adalah saat-saat merencanakan uang pernikahan,” kata Bareyn dikutip dari detik.com.

Saat sudah mengetahui kapan waktu pernikahan, dalam membuat rencana keuangan untuk pesta atau resepsi perlu diketahui juga hal-hal lainnya. Misalnya akan menggelar pernikahan yang seperti apa, di mana lokasi pernikahannya, dan bagaimana konsepnya serta berapa budget yang ingin disiapkan.

“Karena harganya akan berbeda. Tahun ini dengan beberapa tahun ke depannya. Dia harus mencapai nilai yang akan diraih sesuai dengan apa yang direncanakan,” jelas Bareyn.

Menurut Bareyn menabung untuk menikah idelnya dimulai sejak seseorang masih single alias jomblo. Karena pada dasarnya kata CEO dari Rizkanna Financial Plan setiap orang sudah tahu tahapan fase kehidupannya.

“Kalau secara umum itu kan sekolah, kuliah, kerja dan menikah. Sebenarnya fase ketika dia lulus kuliah dan dapat pekerjaan pertama, adalah saat untuk menentukan tujuan hidupnya dia,” jelas Bareyn.

Yang terjadi pada anak zaman sekarang atau generasi milenial, setelah lulus kuliah mereka belum memikirkan fase hidup selanjutnya. Alhasil setelah mendapatkan pekerjaan, uang yang didapat biasanya dikeluarkan untuk liburan atau berbelanja.

“Liburan sebenarnya bukan hal yang dilarang. Tapi kadang liburan ini orang jor-joran menghabisin uangnya buat liburan. Sedangkan seseorang itu biasanya 2-4 tahun setelah bekerja akan menikah. Dan kalau sudah menemukan pasangan yang pas nanti kan pusing harus mencari duitnya. Ketika bingung biaya untuk pernikahan balik lagi harus mengutang,” tutur Bareyn.

Untuk itu Bareyn menekankan pentingnya seseorang mengetahui tujuan hidupnya dan mengatur keuangannya. “Contohnya: oke saya mau liburan dulu setiap tahun, oke tahun berikutnya mau menikah, harus ada perencanaannya seperti apa. Dengan cara seperti itu dia akan menyisihkan uangnya karena harus ada yang dipersiapkan,” ucapnya.

Menghemat atau merencanakan keuangan untuk menikah sejak masih jomblo, kata perencana keuangan berusia 29 tahun itu berlaku untuk pria dan wanita. Khususnya untuk wanita, karena budaya di Indonesia biaya pesta pernikahan atau resepsi ditanggung lebih besar pihak keluarga mempelai wanita.

“Porsinya kan kalau di budaya Indonesia biasanya ditanggung oleh keluarga perempuan terutama orangtua yang punya anak perempuan sudah punya sejumlah dana untuk digunakan sebagai dana pernikahan. Kecuali orangtuanya tidak mampu. Si perempuan harus menabung untuk menambah biaya pernikahan,” ujarnya.

Dan untuk pria, menabung untuk pernikahan perlu dilakukan sejak masih jomblo karena mereka nantinya harus memberikan mahar. Bekal untuk awal berumah tangga juga termasuk yang perlu dipersiapkan calon pengantin.

(Red)



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Biaya Nikah Itu Mahal, Menabunglah Saat Masih Jomblo"

Posting Komentar