Pertunjukan Wayang Orang 'Sang Sukrasana', Sentilan Rakyat Jelata Ke Penguasa
RMOLBANTEN. Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (17/11), menggelar pertunjukan wayang orang "Sang Sukrasana".
Pertunjukan yang diproduksi Laskar Indonesia Pusaka ini berisi sentilan pada kekuasaan yang sering abai terhadap pengorbanan kaum jelata.
"Sang Sukrasana" berkisah tentang kehidupan rakyat kecil, pengabdian dan persaudaraan yang dibungkam pengkhianatan akibat ambisi pada kekuasaan.
Pemilik ide cerita, budayawan Jaya Suprana, menceritakan, kisah Sang Sukrasanaâ memiliki korelasi dengan kondisi Indonesia saat ini.
Digambarkan Sukrasana, sebagai manusia yang memiliki wajah raksasa melambangkan rakyat jelata yang senantiasa mengabdikan diri pada negara dan bangsa tanpa pamrih kekuasaan maupun harta benda.
Sukrasana dalam pementasan ini diperankan aktor Lukman Sardi.
Sang kakak, Soemantri, digambarkan sebagai ksatria tampan rupawan, sosok yang memiliki ambisi dan mencintai kehidupan bergelimang harta dan kekuasaan.
Diperankan oleh Ali Marsudi, Soemantri adalah sisi lain kemanusiaan.
"Sukrasana sakti mandraguna dan sederhana, dan selalu siap berkorban untuk kakaknya yang sangat dicintainya. Sukrasana adalah personifikasi rakyat jelata yang tidak memiliki ambisi kekuasaan dan harta benda. Ia selalu siap mengorbankan diri bagi negara dan bangsa yang sangat dicintai rakyat,â tutur Jaya Suprana mendeskripsikan sifat Sukrasana.
"Adapun kakaknya yang ksatria tanpa ragu mengkhianatinya,â tutur Jaya Suprana lagi.
Sosok lain di balik pementasan ini adalah Letnan Jenderal TNI Dodik Wijanarko yang merupakan ketua umum pementasan Sang Sukrasanaâ.
Menurutnya, pagelaran wayang orang ini menggambarkan hiruk pikuk kemelut dan perebutan kekuasaan. Seharusnya wong cilik tidak dikorbankan dalam perebutan itu, sebaliknya harus disejahterakan.
"Di dalam kisah ini terkandung maksud menanamkan rasa patriotisme, nasionalisme, persatuan ada kesatuan, juga kecintaan pada negara dan sesama bangsa. Agar kita tidak menjadi orang yang angkuh, yang sombong. Tetapi menjadi orang yang cinta terhadap rakyat. Itu pesan yang ingin disampaikan dari pentas ini,â kata Dodik Wijanarko kepada Kantor Berita RMOLNetwork.
Aktor Lukman Sardi yang membawakan sosok Sukrasana dengan baik dengan satu dua humor dan sedikit gaya mbeling, mengatakan pesan utama yang disampaikan kepada khalayak penonton dan masyarakat adalah agar rakyat loyal terhadap negara dan penguasa mencintai rakyat.
"Sukrasana menggambarkan rakyat yang loyal terhadap negara yang setiap saat bersedia membantu negara dalam keadaan apapun. Kadang rakyat dilupakan. Dalam situasi tertentu rakyat digunakan untuk mencapai kepentingan kekuasaan dan setelah itu dilupakan. Inilah inti dari kisah persaudaran Sukrasana dan Soemantri,â ujar Lukman Sardi. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2pqyAKo
via gqrds
Pertunjukan yang diproduksi Laskar Indonesia Pusaka ini berisi sentilan pada kekuasaan yang sering abai terhadap pengorbanan kaum jelata.
"Sang Sukrasana" berkisah tentang kehidupan rakyat kecil, pengabdian dan persaudaraan yang dibungkam pengkhianatan akibat ambisi pada kekuasaan.
Pemilik ide cerita, budayawan Jaya Suprana, menceritakan, kisah Sang Sukrasanaâ memiliki korelasi dengan kondisi Indonesia saat ini.
Digambarkan Sukrasana, sebagai manusia yang memiliki wajah raksasa melambangkan rakyat jelata yang senantiasa mengabdikan diri pada negara dan bangsa tanpa pamrih kekuasaan maupun harta benda.
Sukrasana dalam pementasan ini diperankan aktor Lukman Sardi.
Sang kakak, Soemantri, digambarkan sebagai ksatria tampan rupawan, sosok yang memiliki ambisi dan mencintai kehidupan bergelimang harta dan kekuasaan.
Diperankan oleh Ali Marsudi, Soemantri adalah sisi lain kemanusiaan.
"Sukrasana sakti mandraguna dan sederhana, dan selalu siap berkorban untuk kakaknya yang sangat dicintainya. Sukrasana adalah personifikasi rakyat jelata yang tidak memiliki ambisi kekuasaan dan harta benda. Ia selalu siap mengorbankan diri bagi negara dan bangsa yang sangat dicintai rakyat,â tutur Jaya Suprana mendeskripsikan sifat Sukrasana.
"Adapun kakaknya yang ksatria tanpa ragu mengkhianatinya,â tutur Jaya Suprana lagi.
Sosok lain di balik pementasan ini adalah Letnan Jenderal TNI Dodik Wijanarko yang merupakan ketua umum pementasan Sang Sukrasanaâ.
Menurutnya, pagelaran wayang orang ini menggambarkan hiruk pikuk kemelut dan perebutan kekuasaan. Seharusnya wong cilik tidak dikorbankan dalam perebutan itu, sebaliknya harus disejahterakan.
"Di dalam kisah ini terkandung maksud menanamkan rasa patriotisme, nasionalisme, persatuan ada kesatuan, juga kecintaan pada negara dan sesama bangsa. Agar kita tidak menjadi orang yang angkuh, yang sombong. Tetapi menjadi orang yang cinta terhadap rakyat. Itu pesan yang ingin disampaikan dari pentas ini,â kata Dodik Wijanarko kepada Kantor Berita RMOLNetwork.
Aktor Lukman Sardi yang membawakan sosok Sukrasana dengan baik dengan satu dua humor dan sedikit gaya mbeling, mengatakan pesan utama yang disampaikan kepada khalayak penonton dan masyarakat adalah agar rakyat loyal terhadap negara dan penguasa mencintai rakyat.
"Sukrasana menggambarkan rakyat yang loyal terhadap negara yang setiap saat bersedia membantu negara dalam keadaan apapun. Kadang rakyat dilupakan. Dalam situasi tertentu rakyat digunakan untuk mencapai kepentingan kekuasaan dan setelah itu dilupakan. Inilah inti dari kisah persaudaran Sukrasana dan Soemantri,â ujar Lukman Sardi. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2pqyAKo
via gqrds
0 Response to "Pertunjukan Wayang Orang 'Sang Sukrasana', Sentilan Rakyat Jelata Ke Penguasa"
Posting Komentar