Tunggu Solusi dari Industri, Warga Kruwuk Cilegon Masih Dihantui Banjir
CILEGON – Pembahasan persoalan banjir yang dialami warga lingkungan Kruwuk, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon dalam rapat dengar pendapatnya (hearing) dengan Komisi II DPRD, sejumlah OPD dan kalangan industri, Rabu (8/1/2020) tak menemukan solusi.
Masyarakat menuding, banjir setinggi satu meter yang puncaknya dialami sekira 40 Kepala Keluarga (KK) pada Minggu (29/12/2019) lalu itu lantaran adanya aktivitas pembangunan proyek PT Lotte Chemical Indonesia (LCI).
“Selama ini kami tidak pernah mengalami banjir, karena air hujan langsung ke hamparan sawah yang menjadi daerah resapan sudah diuruk untuk areal proyek Lotte. Sekarang hujan baru dua tiga jam saja, kami kebanjiran,” ungkap Nasehudin, Ketua RT 03 RW 07 lingkungan setempat.
Ia mengaku, sebelum dilakukan pembangunan proyek petrokimia itu, pihaknya sudah meminta agar drainase diperhatikan.
“Ini kan karena banyak jalur yang tertutup. Kami mencatat, sedikitnya ada lima jalur pembuangan air yang tertutup. Kami mengajak perusahaan untuk bersama terjun ke lokasi, jangan sampai karena proyek kapitalis, lingkungan sekitar yang dirugikan. Kami ajak perusahaan ini untuk bersama memperlebar kali, kami tidak hanya rugi materi, tapi setiap hujan kami tak bisa tidur,” imbuhnya.
Sementara Perwakilan Manajemen PT LCI, Marijono mengaku pihaknya sudah terjun ke lokasi untuk memantau aliran air. Namun ia beralasan, penanganan persoalan banjir itu tidak bisa dilakukan lantaran areal banjir terkendala status lahan yang diketahui milik sejumlah industri lainnya seperti PT Pelabuhan Cilegon Mandiri (PCM), PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC), PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Chandra Asri Petrochemical dan jaringan pipa gas milik PT Air Liquid.
“Kami siap melakukan normalisasi. Kami juga sudah ke lokasi bersama tim LH Cilegon. Memang itu bukan lahan kami, tapi KS, KIEC dan PCM. Hasil dari pantauan kami, kalau dibuatkan sodetan dan saluran baru ke laut tembus ke Pertamina, insha Allah banjir bisa ditanggulangi, tapi kan itu bukan lahan kami,” katanya.
Hearing yang berlangsung sekira dua jam itu pun turut dihadiri Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPU-TR), Muhammad Ridwan dan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Cilegon, Bukhori yang turut memberikan pendapat.
“Kami mencatat ada sebanyak 52 titik banjir di Kota Cilegon. Nah daerah Kruwuk ini tidak termasuk di dalamnya, karena selama ini tidak pernah kebanjiran. Artinya dengan kejadian ini tentu akan menambah jumlah catatan kami untuk penanganan banjir,” kata Ridwan.
Dalam pembahasan akhir, Ketua Komisi II DPRD Cilegon Faturohmi meminta segera dibentuk tim yang dikoordinir DPU-TR dan Disperkim agar persoalan banjir tak lagi menghantui warga setempat.
“Kami tegaskan agar seluruh industri kita wajibkan untuk mengikuti instruksi dan arahan kita hari ini. Industri-industri inilah yang nantinya berperan aktif dalam konteks pelaksanaannya. Kami minta industri yang menyiapkan lahan itu (sodetan baru ke arah laut dan tandon-red), lahan itu harus dipaksa menjadi aliran sungai. Kita minta dari KIEC untuk menyiapkan lahannya,” jelasnya. (dev/red)
0 Response to "Tunggu Solusi dari Industri, Warga Kruwuk Cilegon Masih Dihantui Banjir"
Posting Komentar