Diwakilkan, Warga Baduy Kecewa Bapak Gede Gubernur Dan Wagub Tidak Hadiri Seba Baduy
RMOLBANTEN Tradisi Seba Baduy tahun 2021 tetap digelar di tengah Pandemi Covid-19.
Tahun ini tradisi Seba Baduy berlangsung sederhana tak ada kemeriahan seperti tahun-tahun sebelumnya dimana diikuti ribuan peserta.
Seba Baduy diikuti oleh 24 Warga perwakilan adat Baduy dalam dan luar.
Tradisi Seba Baduy dipusatkan di Museum Negeri Banten atau Pendopo Lama Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (22/5) malam.
Untuk sampai ke Pendopo Lama masyarakat Adat Baduy harus menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer.
Sayang, pada perayaan Seba Baduy tahun baik Gubernur Banten Wahidin Halim maupun wakilnya Andika Hazrumy tidak menyambutnya.
Sebagai gantinya, penyambutan Seba Baduy hanya dilakukan oleh kepala Dinas Pendidikan dan Kebuayaan (Dindikbud) Banten, Tabrani dan Ketua DPRD Banten, Andra Soni.
Penanggungjawab Seba Baduy, Tanggungan Jaro ke-12 masyarakat Adat Saidi Putra mengatakan, perayaan Seba Baduy setahun sekali bertujuan untuk melanjalin silaturahmi antara masyarakat adat dengan pemerintah tapi kurang pas karena tidak dihadiri langsung "Bapak Gede" Gubernur Banten.
"Yang dituju A (Gubernur Banten), yang datang B (Dinas Pendidikan). Ketika Gubernur masih menjabat, seharusnya mah Gubernur yang datang menyambut kami," ujar Saidi kepada wartawan.
Jaro Saidi mengakui, dirinya merasa heran "Bapak Gede" Gubernur Banten tidak menghadiri masyarakat adat. Padahal Seba Baduy ajang silaturahmi tahunan setahun sekali.
Meski begitu, Saidi tak mempersoalkan ketidakhadiran Bapak Gede karena silaturahmi merupakan tradisi sakral yang harus tetap dilakukan masyarakat adat.
"Lain kecewa, buat apa ada istilah 'ngasuh ratu ngajayak nenak, menak parahiyang itu bupati, menak kadu kujang itu bupati, menak parede ageng itu Gubernur," katanya.
"Mana ratuna mana menakna. Lamun seperti kieu, Aya saeutik kakurangan. Anu dijugjugna bapak gede, datangna anu ngawakilan, tapi teu masalah, yang penting lanjut dari tahun ke tahun," tambahnya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Banten, Tabrani mengakui, dirinya hanya ditugaskan Gubernur Banten untuk menyambut kehadiran Seba Baduy.
Terkait alasan Gubernur tak menghadiri Seba Baduy, Tabrani bungkam tak memberikan alasan atas ketidakhadiran Gubernur.
"Kalau saya kan di tugaskan jadi saya hadir, saya tidak usah tanyakan apa alasannya (Gubernur tidak hadir)," katanya.
Meski Gubernur tak hadir, dikatakan Tabrani, orang baduy ingin tetap membangun silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah provinsi Banten.
"Orang Baduy berpesan kepada pemerintah agar bersama-sama menjaga lingkungan untuk terus di lestari kan," pungkasnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3hNwYDu
via gqrds
Tahun ini tradisi Seba Baduy berlangsung sederhana tak ada kemeriahan seperti tahun-tahun sebelumnya dimana diikuti ribuan peserta.
Seba Baduy diikuti oleh 24 Warga perwakilan adat Baduy dalam dan luar.
Tradisi Seba Baduy dipusatkan di Museum Negeri Banten atau Pendopo Lama Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (22/5) malam.
Untuk sampai ke Pendopo Lama masyarakat Adat Baduy harus menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer.
Sayang, pada perayaan Seba Baduy tahun baik Gubernur Banten Wahidin Halim maupun wakilnya Andika Hazrumy tidak menyambutnya.
Sebagai gantinya, penyambutan Seba Baduy hanya dilakukan oleh kepala Dinas Pendidikan dan Kebuayaan (Dindikbud) Banten, Tabrani dan Ketua DPRD Banten, Andra Soni.
Penanggungjawab Seba Baduy, Tanggungan Jaro ke-12 masyarakat Adat Saidi Putra mengatakan, perayaan Seba Baduy setahun sekali bertujuan untuk melanjalin silaturahmi antara masyarakat adat dengan pemerintah tapi kurang pas karena tidak dihadiri langsung "Bapak Gede" Gubernur Banten.
"Yang dituju A (Gubernur Banten), yang datang B (Dinas Pendidikan). Ketika Gubernur masih menjabat, seharusnya mah Gubernur yang datang menyambut kami," ujar Saidi kepada wartawan.
Jaro Saidi mengakui, dirinya merasa heran "Bapak Gede" Gubernur Banten tidak menghadiri masyarakat adat. Padahal Seba Baduy ajang silaturahmi tahunan setahun sekali.
Meski begitu, Saidi tak mempersoalkan ketidakhadiran Bapak Gede karena silaturahmi merupakan tradisi sakral yang harus tetap dilakukan masyarakat adat.
"Lain kecewa, buat apa ada istilah 'ngasuh ratu ngajayak nenak, menak parahiyang itu bupati, menak kadu kujang itu bupati, menak parede ageng itu Gubernur," katanya.
"Mana ratuna mana menakna. Lamun seperti kieu, Aya saeutik kakurangan. Anu dijugjugna bapak gede, datangna anu ngawakilan, tapi teu masalah, yang penting lanjut dari tahun ke tahun," tambahnya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Banten, Tabrani mengakui, dirinya hanya ditugaskan Gubernur Banten untuk menyambut kehadiran Seba Baduy.
Terkait alasan Gubernur tak menghadiri Seba Baduy, Tabrani bungkam tak memberikan alasan atas ketidakhadiran Gubernur.
"Kalau saya kan di tugaskan jadi saya hadir, saya tidak usah tanyakan apa alasannya (Gubernur tidak hadir)," katanya.
Meski Gubernur tak hadir, dikatakan Tabrani, orang baduy ingin tetap membangun silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah provinsi Banten.
"Orang Baduy berpesan kepada pemerintah agar bersama-sama menjaga lingkungan untuk terus di lestari kan," pungkasnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3hNwYDu
via gqrds
0 Response to "Diwakilkan, Warga Baduy Kecewa Bapak Gede Gubernur Dan Wagub Tidak Hadiri Seba Baduy"
Posting Komentar