Warga Yang Akses Jalannya Ditembok 2 Meter Mengaku Dimintai Rp 25 juta
RMOLBANTEN Warga yang rumahnya terhalang tembok setinggi dua meter di Jalan Pelikan RT 06/09, Serua, Ciputat, Tangsel oleh yang mengaku pengembang perumahan Bukit Nusa Indah, sempat ditawari pilihan.
Hal itu disampaikan salah satu warga Tarmo (50) yang rumahnya kena dampak.
Menurut Tarmo penawaran tersebut, datang dari pihak pengembang bernama Novi yang mendatangi tiga warga atau tiga Kepala Keluarga (KK).
Dalam penawarannya, diakui Tarmo (50) warga yang terdampak, jika pengembang meminta uang dengan nominal Rp 25 juta dengan tujuan agar tidak ditembok.
"Dengarlah saya informasi dari RT bahwasanya kalau saya tidak mau dipagar itu saya diminta Rp 25 juta dari pengembang, sebagai kontribusi karena bapak tanahnya itu dirumahnya pengen bagus mahal dengan alasan punya jalan," papar Tarmo saat ditemui di kediamannya, Selasa (7/9).
"Saya harus bayar Rp 25 juta, cuma buat buka jalan doang. Kan kalau disini kampung disitu komplek, harus bayar kalau mau ada jalan," tambahnya.
Tarmo merasa keberatan dengan jumlah nominal yang diberikan oleh pengembang. Lalu, pihak pengembang menawarkan nominal sesuai kesanggupan Tarmo dengan nilai Rp 5 juta.
"Terus pengembang transaksi sama saya, bagaimana pak? Saya bilang kalau saya cuma sekedar makai jalan dan berdasarkan kemampuan saya, saya mau beri, berapa kesanggupannya?.Saya mikir dong, akhirnya saya bilang Rp 5 juta itupun tidak sekarang, akan saya usahakan," jelas Tarmo.
Kemudian, pihak pengembang kembali menawarkan Rp 15 juta kepada Tarmo. Merasa tidak sanggup, ia pasrah akan segala konsekuensi yang akan dihadapinya.
"Dia enggak mau (Rp 5 juta), kalau dia maunya Rp 15 juta.Ya udah saya merasa enggak punya kemampuan kesitu kan saya pilih diam," ungkapnya.
Dan benar saja, pada Jumat (3/9) pengembang langsung membangun tembok setinggi 2 meter dengan panjang sekira 100 meter.
"Tiba-tiba ini hari Jumat kemarin ada tembok, mulai dipasang, Sabtu dipasang Senin lanjutan, karena Minggunya libur," ujar Tarmo.
Sama dengan Tarmo, Pujiono (51) pun dimintai sejumlah uang dengan nominal yang sama ditawarkan ke Tarmo.
"Saya sempat didatengin Bu Novi dimintai Rp 25 juta. Ya saya bilang enggak sanggup, saya kan kerjanya ngojek. Dapet duit Rp 100 ribu juga sudah habis untuk sehari-hari," tutur Pujiono.
Pujiono juga sempat diminta untuk berbicara dengan Tarmo. Namun, dirinya menolak.
"Saya disuruh ngomong sama beliau (Pak Tarmo). Loh, saya bilang, silahkan ngomong sendiri dengan beliau. Bukan kewenangan saya kalau soal itu," tandasnya.
Sementara itu, marketing pembangunan rumah di Bukit Serua Indah, Riska menegaskan, jika pembangunan tembok tersebut masih dalam pengerjaan.
"Tembok yang seberangnya maksudnya yang sedang dibangun, itu bagian dari komplek itu, kan masih on progres kan," singkat Riska.
Sebelumnya diberitakan, pantauan Kantor Berita RMOLBanten di lokasi, akses jalan bagi tiga rumah yang ditempati Tarmo, Pujiono dan Agus hanya diberikan akses jalan jauh dari kata layak.
Akses jalan yang diberikan pengembang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Sementara, untuk kendaraan bermotor mereka harus bersusah payah.
Tembok setinggi 2 meter dengan panjang sekira 100 meter yang dibangun pengembang, tentunya sangat menyulitkan dan mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.
Tarmo (50), mengatakan, jika tembok tersebut baru dibangun oleh pengembang, pada Jumat (3/9) lalu dan tidak ada koordinasi dengan tiga Kepala Keluarga (KK) yang terdampak.
"Enggak ada (omongan), pasti menggangu kan aktivitas mereka bisingnya, ketok ketoknya," kata Tarmo ditemui di kediamannya, Selasa (7/9). [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/38OVZIw
via gqrds
Hal itu disampaikan salah satu warga Tarmo (50) yang rumahnya kena dampak.
Menurut Tarmo penawaran tersebut, datang dari pihak pengembang bernama Novi yang mendatangi tiga warga atau tiga Kepala Keluarga (KK).
Dalam penawarannya, diakui Tarmo (50) warga yang terdampak, jika pengembang meminta uang dengan nominal Rp 25 juta dengan tujuan agar tidak ditembok.
"Dengarlah saya informasi dari RT bahwasanya kalau saya tidak mau dipagar itu saya diminta Rp 25 juta dari pengembang, sebagai kontribusi karena bapak tanahnya itu dirumahnya pengen bagus mahal dengan alasan punya jalan," papar Tarmo saat ditemui di kediamannya, Selasa (7/9).
"Saya harus bayar Rp 25 juta, cuma buat buka jalan doang. Kan kalau disini kampung disitu komplek, harus bayar kalau mau ada jalan," tambahnya.
Tarmo merasa keberatan dengan jumlah nominal yang diberikan oleh pengembang. Lalu, pihak pengembang menawarkan nominal sesuai kesanggupan Tarmo dengan nilai Rp 5 juta.
"Terus pengembang transaksi sama saya, bagaimana pak? Saya bilang kalau saya cuma sekedar makai jalan dan berdasarkan kemampuan saya, saya mau beri, berapa kesanggupannya?.Saya mikir dong, akhirnya saya bilang Rp 5 juta itupun tidak sekarang, akan saya usahakan," jelas Tarmo.
Kemudian, pihak pengembang kembali menawarkan Rp 15 juta kepada Tarmo. Merasa tidak sanggup, ia pasrah akan segala konsekuensi yang akan dihadapinya.
"Dia enggak mau (Rp 5 juta), kalau dia maunya Rp 15 juta.Ya udah saya merasa enggak punya kemampuan kesitu kan saya pilih diam," ungkapnya.
Dan benar saja, pada Jumat (3/9) pengembang langsung membangun tembok setinggi 2 meter dengan panjang sekira 100 meter.
"Tiba-tiba ini hari Jumat kemarin ada tembok, mulai dipasang, Sabtu dipasang Senin lanjutan, karena Minggunya libur," ujar Tarmo.
Sama dengan Tarmo, Pujiono (51) pun dimintai sejumlah uang dengan nominal yang sama ditawarkan ke Tarmo.
"Saya sempat didatengin Bu Novi dimintai Rp 25 juta. Ya saya bilang enggak sanggup, saya kan kerjanya ngojek. Dapet duit Rp 100 ribu juga sudah habis untuk sehari-hari," tutur Pujiono.
Pujiono juga sempat diminta untuk berbicara dengan Tarmo. Namun, dirinya menolak.
"Saya disuruh ngomong sama beliau (Pak Tarmo). Loh, saya bilang, silahkan ngomong sendiri dengan beliau. Bukan kewenangan saya kalau soal itu," tandasnya.
Sementara itu, marketing pembangunan rumah di Bukit Serua Indah, Riska menegaskan, jika pembangunan tembok tersebut masih dalam pengerjaan.
"Tembok yang seberangnya maksudnya yang sedang dibangun, itu bagian dari komplek itu, kan masih on progres kan," singkat Riska.
Sebelumnya diberitakan, pantauan Kantor Berita RMOLBanten di lokasi, akses jalan bagi tiga rumah yang ditempati Tarmo, Pujiono dan Agus hanya diberikan akses jalan jauh dari kata layak.
Akses jalan yang diberikan pengembang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Sementara, untuk kendaraan bermotor mereka harus bersusah payah.
Tembok setinggi 2 meter dengan panjang sekira 100 meter yang dibangun pengembang, tentunya sangat menyulitkan dan mengganggu aktivitas mereka sehari-hari.
Tarmo (50), mengatakan, jika tembok tersebut baru dibangun oleh pengembang, pada Jumat (3/9) lalu dan tidak ada koordinasi dengan tiga Kepala Keluarga (KK) yang terdampak.
"Enggak ada (omongan), pasti menggangu kan aktivitas mereka bisingnya, ketok ketoknya," kata Tarmo ditemui di kediamannya, Selasa (7/9). [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/38OVZIw
via gqrds
0 Response to "Warga Yang Akses Jalannya Ditembok 2 Meter Mengaku Dimintai Rp 25 juta"
Posting Komentar