Emping Melinjo Banten, dari Tangan Pengrajin Desa ke Pasar Internasional
SERANG – Di bawah langit cerah Kota Serang, aroma khas emping melinjo yang baru saja dikemas memenuhi udara di Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Pengujian Sertifikasi Mutu Barang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten. Di sinilah, 6,48 ton emping melinjo siap diberangkatkan menuju Arab Saudi, sebuah perjalanan panjang dari dapur-dapur sederhana di desa-desa Banten, menuju meja makan ribuan kilometer jauhnya.
Gubernur Banten, Andra Soni hadir melepas ekspor ini dengan senyum lebar. Bagi Andra, keberangkatan emping melinjo bukan sekadar pengiriman barang. “Ini pengungkit ekonomi dan pemberdayaan masyarakat melalui potensi lokal,” ujarnya tegas.
Nilai ekspor kali ini mencapai 35.640 dolar AS atau sekitar Rp573 juta. Angka yang, bagi sebagian orang, hanyalah statistik, tetapi bagi ribuan pengrajin di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak, ini adalah hasil kerja keras yang tak terhitung jamnya.
Emping melinjo memiliki daya pikat tersendiri di pasar internasional, terutama di negara-negara dengan komunitas diaspora Indonesia yang besar seperti Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, dan Singapura. Tekstur renyah, rasa gurih sedikit pahit, dan keotentikannya membuat emping menjadi camilan nostalgia bagi perantau sekaligus penemuan baru bagi lidah asing.
Andra Soni melihat peluang besar dari potensi ini. “Pasar ekspor sudah terbuka lebar. Bahkan pasar lokal pun bisa menjadi tambang emas jika dikelola maksimal,” katanya. Ia pun menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dari Bea Cukai hingga BPOM RI, agar UMKM naik kelas.
Di balik keberhasilan ekspor ini, ada nama CV Novan, perusahaan asal Banten yang sejak 2007 konsisten mengirimkan emping melinjo ke berbagai negara. Direktur Utama, Donny Novan, mengingat awal perjalanannya saat masih bergulat dengan produksi skala kecil. “Dulu semua dikerjakan manual, dengan keterbatasan peralatan. Sekarang kami sudah ekspor rutin, dan kualitas tetap jadi fokus utama,” ujarnya.
Ekspor kali ini adalah pengiriman kelima CV Novan ke Arab Saudi. Tak hanya itu, mereka telah merambah pasar Singapura, Korea, Australia, dan Amerika Serikat. Dukungan pemerintah daerah, menurut Donny, adalah bahan bakar utama yang menjaga semangat ekspor tetap menyala.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Babar Suharso, mencatat bahwa hingga Juli 2025, nilai ekspor industri kecil menengah (IKM) Banten sudah menyentuh Rp32 miliar. Selain emping melinjo, Banten juga tengah mempersiapkan komoditas unggulan lain untuk pasar ekspor seperti gula aren, talas beneng, cokelat kakao, dan kelapa.
“Kami ingin rantai produksi emping semakin kuat, dari pengrajin di desa hingga konsumen di luar negeri. Setiap kemasan yang terkirim adalah cerita kerja keras masyarakat Banten,” tutur Babar.
Di balik setiap keping emping melinjo, ada tangan-tangan terampil yang memipihkan biji melinjo dengan sabar, menjemurnya di bawah matahari, lalu menggorengnya hingga kecokelatan. Proses yang terlihat sederhana, namun memerlukan keahlian turun-temurun.
Kini, hasil kerja itu akan menempuh perjalanan ribuan kilometer, membawa nama Banten ke pasar global. Bagi para pengrajin, keberangkatan kontainer hari itu bukan sekadar ekspor tapi bukti bahwa kerja keras mereka, meski dimulai dari sudut-sudut desa, bisa menggerakkan ekonomi dan menginspirasi dunia.
Tim Redaksi
The post Emping Melinjo Banten, dari Tangan Pengrajin Desa ke Pasar Internasional appeared first on BantenNews.co.id -Berita Banten Hari Ini.
0 Response to "Emping Melinjo Banten, dari Tangan Pengrajin Desa ke Pasar Internasional"
Posting Komentar