Obat Herbal Tidak Dapat Menyembuhkan Kanker Payudara
RMOLBANTEN. Saat ini, Kanker payudara masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan di seluruh dunia. Pasalnya, kanker payudara merupakan penyebab nomor satu kematian wanita di Indonesia.
Dokter Ahli Onkologi Rumah Sakit Bethsaida, Dr. Abdul Rachman mengatakan, salah satu penyebabnya yakni kurangnya kesadaran wanita untuk segera memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasakan tanda-tanda aneh pada salah satu bagian penting wanita tersebut.
"Budaya masyarakat kita masih merasa malu untuk memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasa ada yang tidak nyaman dengan area payudara, karena daerah payudara dianggap daerah privat yang tabu untuk diperiksa," katanya saat memperingati Hari Kanker Sedunia di Supermall Karawaci, Sabtu (29/2).
Tak hanya itu, adanya hoaks yang beredar di masyarakat mengenai berbagai ramuan herbal yang bisa menyembuhkan kanker membuat masyarakat biasanya pergi ke dokter saat kanker sudah berusia stadium lanjut.
"Saya tegaskan, sampai saat ini tidak ada penelitian valid yang menyebut obat-obatan herbal bisa menyembuhkan kanker, itu bohong, hoaks yang malah membuat pasien kanker pergi ke dokter ketika kanker sudah parah dan sulit diobati," ujarnya.
Ia mengatakan, herbal seperti sayuran pare atau kulit manggis memang mengandung aktioksidan tinggi, namun hal itu hanya untuk mencegah tumbuhnya kanker payudara, bukan menyembuhkan.
"Pare dan manggis itu punya kadar aktioksidan yang tinggi, itu memang bisa menangkal radikal bebas yang merupakan salah satu faktor penyebab kanker, tapi jika sudah terkena kanker maka jalan satu-satunya adalah operasi untuk saat ini," tuturnya.
Dr. Abdul Rachim mengungkapkan, saat ini persentase kanker payudara di Indonesia di stadium awal sebesar 20-25 persen sementara untuk stadium tiga melonjak hingga 60 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia baru memeriksakan ke dokter setelah sudah parah dan sulit diobati.
"Biasanya begitu didiagnosa kanker payudara langsung engga ke dokter lagi dengan alasan mau pake herbal engga mau di operasi, ketika sudah parah dan ternyata herbalnya tidak bekerja baru kembali ke dokter, ini yang membuat kita sulit menyembuhkan karena kalau pasien tidak sembuh itu beban tersendiri untuk dokter," ujarnya.
Ia pun berharap, masyarakat khususnya wanita untuk sadar sedari dini untuk memperhatikan kesehatan payudara terutama untuk mengetahui sedini mungkin jika ada potensi kanker pada payudara.
"Untuk itu lakukan 'Sadari' (Periksa Payudara Sendiri) pada 10 hari setelah menstruasi, apakah terdapat benjolan yang aneh dan tidak biasa, apakah bentuk payudara tidak seperti normal pada umumnya atau ukurannya tidak simetris, jika menemukan tanda-tanda segera periksakan ke dokter dan ikuti saran dokter," pungkasnya. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/38bx7rR
via gqrds
Dokter Ahli Onkologi Rumah Sakit Bethsaida, Dr. Abdul Rachman mengatakan, salah satu penyebabnya yakni kurangnya kesadaran wanita untuk segera memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasakan tanda-tanda aneh pada salah satu bagian penting wanita tersebut.
"Budaya masyarakat kita masih merasa malu untuk memeriksakan diri ke dokter saat sudah merasa ada yang tidak nyaman dengan area payudara, karena daerah payudara dianggap daerah privat yang tabu untuk diperiksa," katanya saat memperingati Hari Kanker Sedunia di Supermall Karawaci, Sabtu (29/2).
Tak hanya itu, adanya hoaks yang beredar di masyarakat mengenai berbagai ramuan herbal yang bisa menyembuhkan kanker membuat masyarakat biasanya pergi ke dokter saat kanker sudah berusia stadium lanjut.
"Saya tegaskan, sampai saat ini tidak ada penelitian valid yang menyebut obat-obatan herbal bisa menyembuhkan kanker, itu bohong, hoaks yang malah membuat pasien kanker pergi ke dokter ketika kanker sudah parah dan sulit diobati," ujarnya.
Ia mengatakan, herbal seperti sayuran pare atau kulit manggis memang mengandung aktioksidan tinggi, namun hal itu hanya untuk mencegah tumbuhnya kanker payudara, bukan menyembuhkan.
"Pare dan manggis itu punya kadar aktioksidan yang tinggi, itu memang bisa menangkal radikal bebas yang merupakan salah satu faktor penyebab kanker, tapi jika sudah terkena kanker maka jalan satu-satunya adalah operasi untuk saat ini," tuturnya.
Dr. Abdul Rachim mengungkapkan, saat ini persentase kanker payudara di Indonesia di stadium awal sebesar 20-25 persen sementara untuk stadium tiga melonjak hingga 60 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Indonesia baru memeriksakan ke dokter setelah sudah parah dan sulit diobati.
"Biasanya begitu didiagnosa kanker payudara langsung engga ke dokter lagi dengan alasan mau pake herbal engga mau di operasi, ketika sudah parah dan ternyata herbalnya tidak bekerja baru kembali ke dokter, ini yang membuat kita sulit menyembuhkan karena kalau pasien tidak sembuh itu beban tersendiri untuk dokter," ujarnya.
Ia pun berharap, masyarakat khususnya wanita untuk sadar sedari dini untuk memperhatikan kesehatan payudara terutama untuk mengetahui sedini mungkin jika ada potensi kanker pada payudara.
"Untuk itu lakukan 'Sadari' (Periksa Payudara Sendiri) pada 10 hari setelah menstruasi, apakah terdapat benjolan yang aneh dan tidak biasa, apakah bentuk payudara tidak seperti normal pada umumnya atau ukurannya tidak simetris, jika menemukan tanda-tanda segera periksakan ke dokter dan ikuti saran dokter," pungkasnya. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/38bx7rR
via gqrds
0 Response to "Obat Herbal Tidak Dapat Menyembuhkan Kanker Payudara"
Posting Komentar