Ali Rif'an: Rakyat Jenuh Dengan Drama Di Ruang Publik Yang Tidak Perlu
RMOLBANTEN. Kemarahan Walikota Surabaya Tri Rismaharini Jumat (29/5) lalu di hadapan media menunjukkan kegeraman setelah dua mobil laboratorium dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merasa dialihkan untuk daerah lain.
Kemarahannya diekpresikannya karena dianggap tidak bisa bekerja menghadapi virus corona baru (Covid-19).
Risma pun menuding ada pihak tertentu yang sengaja melakukan sabutase sehingga warganya tidak bisa menjalani swab test secara maksimal.
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an mengatakan, dalam situasi seperti saat ini, para pemimpin daerah tidak boleh emosional dan menampilkan drama di ruang publik.
Aksi marah-marah Risma di ruang publik justru memperkeruh masalah.
Kata Ali, seharusnya sebagai pejabat daerah, Risma bisa menyelesaikan masalah bantuan 2 mobil PCR dari BNPB secara internal di pemerintahan Provinsi Jatim.
"Rakyat sudah jenuh dengan drama di ruang publik. Semua harus kerja serius untuk kepentingan rakyat. Tontonan drama di panggung politik nasional (soal perbedaan pendapat dan data) dalam penanganan Covid-19 sudah cukup membuat publik kecewa, sebaiknya jangan ditambah lagi di daerah ikut-ikutan. Lakukan tertib politik. Laksanakan amanah rakyat," terang Ali Rif'an kepada Kantor Berita Politik RMOLID, Minggu (31/5).
Mantan manajer Riset Poltracking Indonesia ini, meminta seluruh pejabat daerah sinergi dan tidak emosinal.
Berbagai maalah yang muncul dalam kontkes penanganan Covid-19 harus diselesaikan secara kekeluargaan di internal pemerintahan.
"Sebaiknya, tidak semua di-share ke publik dalam situasi sekarang, kalau itu urusan internal Pmprov. Kasihan rakyat di tengah situasi sulit sekarang harus disesaki oleh drama-drama yang kadang tidak perlu," pungkas Magister Politik Universitas Indonesia ini.
Untuk masalah Risma sendiri, Pemprov Jatim pun memberikan penjelasan bahwa dialihkannya 2 mobil laboratorium ke berbagai daerah sudah sesuai kebutuhan dan penjadwalan.
Ketua Gugus Tugas Kuratif Covid-19 jatim, Joni Wahyuhadi menjelaskan, mayoritas daerah di Jatim saat ini mengalami kendala keterbatasan lab PCR.
Sementara Kota Surabaya, memiliki laboratorium dengan kapasitas sekitar 800 sampel per hari. Belum lagi tambahan mobil PCR dari BIN yang berkapasitas 200 sampel per hari. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3cjpAJF
via gqrds
Kemarahannya diekpresikannya karena dianggap tidak bisa bekerja menghadapi virus corona baru (Covid-19).
Risma pun menuding ada pihak tertentu yang sengaja melakukan sabutase sehingga warganya tidak bisa menjalani swab test secara maksimal.
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif'an mengatakan, dalam situasi seperti saat ini, para pemimpin daerah tidak boleh emosional dan menampilkan drama di ruang publik.
Aksi marah-marah Risma di ruang publik justru memperkeruh masalah.
Kata Ali, seharusnya sebagai pejabat daerah, Risma bisa menyelesaikan masalah bantuan 2 mobil PCR dari BNPB secara internal di pemerintahan Provinsi Jatim.
"Rakyat sudah jenuh dengan drama di ruang publik. Semua harus kerja serius untuk kepentingan rakyat. Tontonan drama di panggung politik nasional (soal perbedaan pendapat dan data) dalam penanganan Covid-19 sudah cukup membuat publik kecewa, sebaiknya jangan ditambah lagi di daerah ikut-ikutan. Lakukan tertib politik. Laksanakan amanah rakyat," terang Ali Rif'an kepada Kantor Berita Politik RMOLID, Minggu (31/5).
Mantan manajer Riset Poltracking Indonesia ini, meminta seluruh pejabat daerah sinergi dan tidak emosinal.
Berbagai maalah yang muncul dalam kontkes penanganan Covid-19 harus diselesaikan secara kekeluargaan di internal pemerintahan.
"Sebaiknya, tidak semua di-share ke publik dalam situasi sekarang, kalau itu urusan internal Pmprov. Kasihan rakyat di tengah situasi sulit sekarang harus disesaki oleh drama-drama yang kadang tidak perlu," pungkas Magister Politik Universitas Indonesia ini.
Untuk masalah Risma sendiri, Pemprov Jatim pun memberikan penjelasan bahwa dialihkannya 2 mobil laboratorium ke berbagai daerah sudah sesuai kebutuhan dan penjadwalan.
Ketua Gugus Tugas Kuratif Covid-19 jatim, Joni Wahyuhadi menjelaskan, mayoritas daerah di Jatim saat ini mengalami kendala keterbatasan lab PCR.
Sementara Kota Surabaya, memiliki laboratorium dengan kapasitas sekitar 800 sampel per hari. Belum lagi tambahan mobil PCR dari BIN yang berkapasitas 200 sampel per hari. [dzk]
-cak ayo ngewangi bu risma ngamok2 a? pic.twitter.com/ELVt6XiGtP
mdash; ð¦ SUROBOYOFESS ð (@sbyfess) May 29, 2020
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3cjpAJF
via gqrds
0 Response to "Ali Rif'an: Rakyat Jenuh Dengan Drama Di Ruang Publik Yang Tidak Perlu"
Posting Komentar