DR. Rizal Ramli: Akhirnya Terserah Hukum Rimba, Kalau Kuat Hidup, Kalau Ndak Ya Bye
RMOLBANTEN. Pemerintah gamang dalam menangani wabah virus corona sudah tampak dari awal pagebluk itu masuk ke dalam negeri.
Skema penanganan wabah pun membingungkan di awal, mulai dari mewacanakan darurat sipil hingga keukeuh menolak lockdown.
Tokoh senior DR. Rizal Ramli menilai keraguan di awal itu muncul lantaran pemerintah tidak bersedia melakukan realokasi anggaran secara menyeluruh.
Mengingat opsi yang akan diambil, mulai dari lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tetap akan membutuhkan dana besar.
Dana itu berguna untuk memberi subsidi ke rakyat, sehingga mereka bisa taat mengikuti anjuran untuk berkegiatan di rumah.
"Sejak awal memang sudah maju mundur untuk biaya lockout atau bahkan PSBB, karena tidak all-out lakukan realokasi anggaran!â tegas Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu dalam akun Twitter pribadi, Kamis (28/5).
Kegamangan pemerintah, lanjut Rizal Ramli, saat ini semakin menjadi-jadi.
New normal atau kondisi normal baru di saat pagebluk Covid-19 tengah dipersiapkan. Tujuannya, agar roda ekonomi berputar kembali. Padahal di satu sisi, laju grafik corona belum melandai. Bahkan masih konsisten menanjak naik.
Penerapan ini seolah membiarkan rakyat untuk berjuang atas hidupnya sendiri.
Nantinya, hanya mereka yang kuat, baik dari sisi kesehatan maupun keuangan, yang mampu bertahan di rimba corona.
"Akhirnya terserah, berlaku Darwinâs the survival of the fittestâ, hukum rimba. Kalau kuat hidup, kalau ndak ya bye. Peranan negara marginal, weak governance,â demikian Rizal Ramli. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2X5QQqy
via gqrds
Skema penanganan wabah pun membingungkan di awal, mulai dari mewacanakan darurat sipil hingga keukeuh menolak lockdown.
Tokoh senior DR. Rizal Ramli menilai keraguan di awal itu muncul lantaran pemerintah tidak bersedia melakukan realokasi anggaran secara menyeluruh.
Mengingat opsi yang akan diambil, mulai dari lockdown maupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tetap akan membutuhkan dana besar.
Dana itu berguna untuk memberi subsidi ke rakyat, sehingga mereka bisa taat mengikuti anjuran untuk berkegiatan di rumah.
"Sejak awal memang sudah maju mundur untuk biaya lockout atau bahkan PSBB, karena tidak all-out lakukan realokasi anggaran!â tegas Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu dalam akun Twitter pribadi, Kamis (28/5).
Kegamangan pemerintah, lanjut Rizal Ramli, saat ini semakin menjadi-jadi.
New normal atau kondisi normal baru di saat pagebluk Covid-19 tengah dipersiapkan. Tujuannya, agar roda ekonomi berputar kembali. Padahal di satu sisi, laju grafik corona belum melandai. Bahkan masih konsisten menanjak naik.
Penerapan ini seolah membiarkan rakyat untuk berjuang atas hidupnya sendiri.
Nantinya, hanya mereka yang kuat, baik dari sisi kesehatan maupun keuangan, yang mampu bertahan di rimba corona.
"Akhirnya terserah, berlaku Darwinâs the survival of the fittestâ, hukum rimba. Kalau kuat hidup, kalau ndak ya bye. Peranan negara marginal, weak governance,â demikian Rizal Ramli. [dzk]
Memang sejak awal sudah maju mundur utk biaya lockout, atau bahkan PSBB, karena tidak all-out lakukan realokasi anggaran ! Akhirnya terserah, berlaku Darwinâs the survival of the fittestâ, hukum rimba, klo kuat hidup, klo ndak ya bye. Peranan negara marginal, weak governance ð
mdash; Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) May 27, 2020
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2X5QQqy
via gqrds
0 Response to "DR. Rizal Ramli: Akhirnya Terserah Hukum Rimba, Kalau Kuat Hidup, Kalau Ndak Ya Bye"
Posting Komentar