Jawab Simpang Siur, Kampus Untirta Minta Korban Meninggal Diklat Mapala Untuk Divisum

Dengan visum kampus ingin membuktikan secara medis luka yang ada ditubuh korban dan sekaligus menjawab simpang siur informasi.
Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni Untirta, Suherna mengatakan, usulan visum sudah disampaikan kepada keluarga korban. Di luar muncul maca-macam persepsi liar, bahkan ada yang bilang korban mendapat kekerasan fisik sampai terkena luka sayatan.
"Saya sendiri yang minta kalau ada yang luka visum aja, saya bilang ke orang tuanya itu. Kasian juga kan," ujar Suherna, Rabu (3/3).
"Itu hoax, tiba tiba silet dari mana itu informasi, semuanya yang lain (Mapala) juga luka, ngga ada sayatan itu, tapi karena memang almarhum (Fadli) kalau tidur (selama Diklat Mapala) tuh sepatunya basah, terus sudah kelelahan," Sambungnya.
Suherna menyebut, kematian korban diduga kuat akibat kelelahan, namun untuk membuktikan itu semua harus ada keterangan dari medis setelah diuji melalui visum.
Selain visum ada auotopsi metode untuk membuktikan cara meninggalnya korban agar tidak menimbulkan misteri.
Kendari demikian, lanjut Suherna, hingga saat ini keluarga korban masih menolak untuk dilakukan visum karena mereka sudah mengikhlaskan kepergian almarhum Fadli.
"Kan gapapa kalau mau divisum, visum saja saya bilang (ke keluarga korban). Tapi ya udah ngga lah (kata keluarga korban), terus di mandikan almarhum kita juga lihat pas dibalik tubuh almarhum luka gitu, ngga ada luka lebam, karena kalau kaki kan dia naik tebing, dia ada riwayat penyakit di kaki juga. Otomatis kan lari kebagian kaki," ungkapnya.
Kegiatan pencita alam, Jelas Suherna, jika mengacu kepada SOP mereka dilatih untuk survive bertahan hidup bahkan sejak hari pertama diklat langsung diuji fisik dan mental.
"Dia (mapala) kegiatanya dari sini (Serang) longmacrh ke Mengger, dari Mengger longmarch ke Ciomas. Jadi, kaya begitu. Ketika kegiatan selesai bawa motor terus ada yang digendong, ada yang di tandu kan gitu, biasa solodaritas sesama," Terangnya.
Setelah selesai diklat, sambung Suherna, almarhum Fadli minta ke temannya untuk diantarkan ke kosan di serang, padahal lokasi diklat di gunung karang Pandeglang dekat dengan rumah almarhum.
"Tapi sempat ngobrol ngga usah ke rumah almarhum ingin ke kosan, pas dikosan itu kayanaya drop karena kakinya infeksinya semakin parah, itu juga sudah disarankan pakai air hangat garam, biar infeksinya hilang. Tapi karena ngedrop nelepon tuh temanya di kosan di bawa ke RS terus sudah ngga ada," pungkasnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3kFKHvo
via gqrds
0 Response to "Jawab Simpang Siur, Kampus Untirta Minta Korban Meninggal Diklat Mapala Untuk Divisum"
Posting Komentar