Poros 70 Persen
RMOLBANTEN Saya vaksinasi Sinovac kemarin pagi. Kali kedua. Saya harus kompak: teman-teman pengusaha kemarin menyelenggarakan vaksinasi Merdeka. Di gedung Jatim Expo. Yang saya bangun 15 tahun lalu -saat menjadi dirut probono Perusda Jatim.
Anda lebih tahu: saya sudah kena Covid-19. Januari lalu. Masih varian Alpha. Saya juga sudah menjalani VakNus.
Tapi saya juga harus terlihat kompak. Ketika para pengusaha menyelenggarakan vaksinasi Sinovac Juni lalu, saya harus hadir. Saya diminta memberi contoh tokoh yang taat vaksinasi.
Apalagi vaksinasi itu diselenggarakan di Samator, milik teman baik saya: Arief Harsono. Ia produsen oksigen terbesar di Indonesia. Yang meninggal dunia karena kekurangan oksigen di badannya: kena Covid Juli lalu.
Kemarin saya bertemu Imelda, putri Arief Harsono. Dia seperti bapaknya. Aktif di acara vaksinasi.
Imelda sudah terlihat move on. Sebulan penuh Imelda bersedih ditinggal sang ayah. Dia tunjukkan foto anak kembarnya: juara 1 dan 2.
"Seminggu sebelum meninggal papa menyelenggarakan berbagai lomba untuk seluruh cucunya," ujar Imelda. Mulai lomba lari sampai lomba berhitung.
Anak kembar Imelda itu beda wajah. Yang satu mirip bule. Satunya lagi mirip Tionghoa. Imelda memang kawin dengan orang Amerika, kulit putih. Mereka bertemu saat sama-sama kuliah S-2 di Edinburgh. Imelda kuliah hukum bisnis. Suaminya kuliah bisnis.
Papa Imelda sebenarnya sudah dua kali divaksin. Aneh. Vaksin pertama hasilnya 0. Tidak muncul antibodi sama sekali. Vaksin kedua hasilnya juga 0.
Menurut rencana, Arief Harsono akan melakukan vaksinasi ketiga: booster. Ia keburu terkena Covid. Meninggal.
Di masa pandemi, Arief memang terus keliling daerah. Ketersediaan oksigen tidak boleh telat. Di mana pun. "Kami sudah cegah papa pergi-pergi, papa tidak mau. Papa bilang pilih mati berguna daripada hidup tidak berguna," ujar Imelda.
Sebenarnya saya tidak perlu vaksin kedua. Seminggu yang lalu saya tes antibodi: 250. Cukup. Apalagi saya kan penyintas Covid. Tapi saya kan perlu sertifikat vaksin. Dan lagi, saya harus kompak dengan para pengusaha yang jadi penyelenggara vaksinasi kemarin.
Saya sempat waswas saat tiba di Jatim Expo. Begitu banyak manusia. Saya sempat takut terpapar Covid. Apalagi banyak yang mencegat minta foto bersama.
Kekhawatiran saya berkurang ketika bertemu Walikota Surabaya Eri Cahyadi. Di Surabaya, katanya, yang sudah vaksinasi mencapai 89,24 persen.
Sudah begitu tingginya? Hampir saja saya tidak percaya. Memang itu angka vaksinasi dosis pertama. Tapi sudah jauh dari yang saya perkirakan. Bahkan untuk yang dua kali vaksin pun sudah sangat tinggi: 61,01 persen. "Satu minggu lagi sudah bisa 70 persen," ujar Eri.
Eri ingin secepatnya Surabaya mencapai 100 persen. Akhir bulan ini. Ia terus berjuang ke pemerintah pusat untuk mendapatkan vaksin yang cukup.
Berarti Surabaya sudah siap memasuki tahap herd immunity. Hanya saja Surabaya itu seperti Jakarta: tidak bisa mencegah penduduk sekitar memasuki Surabaya. Padahal di seluruh Madura, misalnya, vaksinasi masih sangat lambat. Baru mencapai belasan persen.
Angka rata-rata Jatim saja baru 17,22 persen. Atau 31 persen kalau yang diukur vaksinasi suntikan pertama.
Saya belum tahu mengapa angka antardaerah itu begitu berbeda jauh. Seberapa menentukankah faktor kepala daerah. Yang jelas, sosok seperti Eri memang punya keinginan keras mencapai 100 persen itu. "Supaya ekonomi cepat bergerak," katanya.
Untuk kota besar, Surabaya praktis hanya kalah dari Jakarta. Saya kaget: Jakarta mencapai 120 Persen. Target vaksinasi di Jakarta sebenarnya 8,3 juta orang. Sampai kemarin yang sudah divaksin 10 juta orang. Itu karena banyak orang daerah yang divaksin di Jakarta.
Itu untuk suntikan pertama. Kalau yang dihitung suntikan kedua capaian Jakarta 70 persen. Berarti Jakarta, secara teori, juga sudah siap memasuki fase herd immunity. Dengan demikian ekonomi Jakarta bisa diharapkan segera bergerak. Semoga tidak ada varian baru yang membuat gelombang ketiga.
Untuk tingkat provinsi, Bali adalah juara dua: 53 persen (suntikan kedua). Lampung baru 8 persen. Sumbar 9 persen. Jateng 14 persen. Jabar 13 persen. Jatim yang 17,22 persen itu sudah juara 4, setelah DKI, Bali, dan Riau.
Memang banyak daerah masih begitu rendah capaian vaksinasinya. Tapi, setidaknya Jakarta dan Surabaya sudah bisa membuktikan: angka 70 persen bisa dicapai. [red]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2X0eibk
via gqrds
Anda lebih tahu: saya sudah kena Covid-19. Januari lalu. Masih varian Alpha. Saya juga sudah menjalani VakNus.
Tapi saya juga harus terlihat kompak. Ketika para pengusaha menyelenggarakan vaksinasi Sinovac Juni lalu, saya harus hadir. Saya diminta memberi contoh tokoh yang taat vaksinasi.
Apalagi vaksinasi itu diselenggarakan di Samator, milik teman baik saya: Arief Harsono. Ia produsen oksigen terbesar di Indonesia. Yang meninggal dunia karena kekurangan oksigen di badannya: kena Covid Juli lalu.
Kemarin saya bertemu Imelda, putri Arief Harsono. Dia seperti bapaknya. Aktif di acara vaksinasi.
Imelda sudah terlihat move on. Sebulan penuh Imelda bersedih ditinggal sang ayah. Dia tunjukkan foto anak kembarnya: juara 1 dan 2.
"Seminggu sebelum meninggal papa menyelenggarakan berbagai lomba untuk seluruh cucunya," ujar Imelda. Mulai lomba lari sampai lomba berhitung.
Anak kembar Imelda itu beda wajah. Yang satu mirip bule. Satunya lagi mirip Tionghoa. Imelda memang kawin dengan orang Amerika, kulit putih. Mereka bertemu saat sama-sama kuliah S-2 di Edinburgh. Imelda kuliah hukum bisnis. Suaminya kuliah bisnis.
Papa Imelda sebenarnya sudah dua kali divaksin. Aneh. Vaksin pertama hasilnya 0. Tidak muncul antibodi sama sekali. Vaksin kedua hasilnya juga 0.
Menurut rencana, Arief Harsono akan melakukan vaksinasi ketiga: booster. Ia keburu terkena Covid. Meninggal.
Di masa pandemi, Arief memang terus keliling daerah. Ketersediaan oksigen tidak boleh telat. Di mana pun. "Kami sudah cegah papa pergi-pergi, papa tidak mau. Papa bilang pilih mati berguna daripada hidup tidak berguna," ujar Imelda.
Sebenarnya saya tidak perlu vaksin kedua. Seminggu yang lalu saya tes antibodi: 250. Cukup. Apalagi saya kan penyintas Covid. Tapi saya kan perlu sertifikat vaksin. Dan lagi, saya harus kompak dengan para pengusaha yang jadi penyelenggara vaksinasi kemarin.
Saya sempat waswas saat tiba di Jatim Expo. Begitu banyak manusia. Saya sempat takut terpapar Covid. Apalagi banyak yang mencegat minta foto bersama.
Kekhawatiran saya berkurang ketika bertemu Walikota Surabaya Eri Cahyadi. Di Surabaya, katanya, yang sudah vaksinasi mencapai 89,24 persen.
Sudah begitu tingginya? Hampir saja saya tidak percaya. Memang itu angka vaksinasi dosis pertama. Tapi sudah jauh dari yang saya perkirakan. Bahkan untuk yang dua kali vaksin pun sudah sangat tinggi: 61,01 persen. "Satu minggu lagi sudah bisa 70 persen," ujar Eri.
Eri ingin secepatnya Surabaya mencapai 100 persen. Akhir bulan ini. Ia terus berjuang ke pemerintah pusat untuk mendapatkan vaksin yang cukup.
Berarti Surabaya sudah siap memasuki tahap herd immunity. Hanya saja Surabaya itu seperti Jakarta: tidak bisa mencegah penduduk sekitar memasuki Surabaya. Padahal di seluruh Madura, misalnya, vaksinasi masih sangat lambat. Baru mencapai belasan persen.
Angka rata-rata Jatim saja baru 17,22 persen. Atau 31 persen kalau yang diukur vaksinasi suntikan pertama.
Saya belum tahu mengapa angka antardaerah itu begitu berbeda jauh. Seberapa menentukankah faktor kepala daerah. Yang jelas, sosok seperti Eri memang punya keinginan keras mencapai 100 persen itu. "Supaya ekonomi cepat bergerak," katanya.
Untuk kota besar, Surabaya praktis hanya kalah dari Jakarta. Saya kaget: Jakarta mencapai 120 Persen. Target vaksinasi di Jakarta sebenarnya 8,3 juta orang. Sampai kemarin yang sudah divaksin 10 juta orang. Itu karena banyak orang daerah yang divaksin di Jakarta.
Itu untuk suntikan pertama. Kalau yang dihitung suntikan kedua capaian Jakarta 70 persen. Berarti Jakarta, secara teori, juga sudah siap memasuki fase herd immunity. Dengan demikian ekonomi Jakarta bisa diharapkan segera bergerak. Semoga tidak ada varian baru yang membuat gelombang ketiga.
Untuk tingkat provinsi, Bali adalah juara dua: 53 persen (suntikan kedua). Lampung baru 8 persen. Sumbar 9 persen. Jateng 14 persen. Jabar 13 persen. Jatim yang 17,22 persen itu sudah juara 4, setelah DKI, Bali, dan Riau.
Memang banyak daerah masih begitu rendah capaian vaksinasinya. Tapi, setidaknya Jakarta dan Surabaya sudah bisa membuktikan: angka 70 persen bisa dicapai. [red]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2X0eibk
via gqrds
0 Response to "Poros 70 Persen"
Posting Komentar