Pengetatan Mobilisasi Masyarakat Jadi Kunci Nihil Pasien Di RLC-19 Tangsel

"Jadi pasien terakhir itu Oktober. 31 Oktober itu pulang. Jadi per November itu kosong nihil," kata Suhara saat dikonfirmasi, Minggu (28/11).
Menurut Suhara, RLC-19 pada Oktober 2021 pun hanya merawat dua pasien covid-19.
"Ada dua orang terakhir Oktober. September itu ada 16 orang dan sekarang November nihil," ujarnya.
Meski begitu, RLC-19 masih tetap menyediakan para perawat maupun dokter jaga, jika sewaktu-waktu terdapat pasien masuk.
"Arahan Pak Walikota kan kita tetap standby. Nah kita diskusi dengan Dinas Kesehatan, akhirnya tenaga kesehatan diperbantukan ke RS rujukan. Jadi selama ini kan ada 5 tim, satu tim satu dokter tiga perawat. Nah perawat diperbantukan," papar Suhara.
Masih kata Suhara, faktor pengetatan mobilisasi masyarakat selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan pemerintah jadi kunci RLC-19 nihil pasien covid-19.
"Kesepakatan sama-sama, terus terang PPKM walaupun tidak nyaman yah. Akhirnya faktor kelima mobilisasi itu. Ya kalau ada yang positif dia enggak kemana-mana kan tidak menularkan," tandasnya.
Ia pun menegaskan, pemberlakuan setiap wilayah berstatus level 3 PPKM sangatlah setuju guna antisipasi lonjakan kasus.
"Senin evaluasi kesiapan kita untuk Nataru. Tapi, saya kira suka tidak suka berlakukan level 3 saya setuju," tandasnya. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/3xu2agN
via gqrds
0 Response to "Pengetatan Mobilisasi Masyarakat Jadi Kunci Nihil Pasien Di RLC-19 Tangsel"
Posting Komentar