Ini Alasan Dinsos Tangsel Tak Bisa Bina Manusia Silver
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Tangsel, Wahyuno Lukman mengatakan manusia silver ini rata-rata berusia 10-12 tahun dan masih berstatus pelajar. Sehingga mereka tidak masuk dalam kategori penyandang kesejahteraan sosial untuk dibina di rumah singgah.
Kata Wahyuno penyandang kesejahteraan sosial salah satunya yakni mereka yang putus sekolah. Yang nantinya dapat dibina di rumah singgah Dinsos Tangsel.
"Mereka bukan anak terlantar, masih berstatus pelajar. Mereka bukan juga bukan penyandang kesejahteraan sosial, cuman mengganggu ketentraman dan ketertiban umum (Trantibum). Tapi, kita sudah koordinasi dengan Satpol PP mengenai trantibum," kata Wahyuno, Senin (1/7).
"Karena manusia silver kita enggak bisa ambil terus kita bina. Beda kalau penyandang kesejahteraan sosial seperti dengan pengemis, gelandangan, kita ambil dan kita layani di rumah singgah," sambungnya.
Dinsos Tangsel sendiri, sudah beberapa kali sudah beberapa kali melakukan pendekatan. Mayoritas, kata Wahyuno, mereka manusia silver berasal dari Parung dan Gunung Sindur.
Dinsos sendiri tidak bisa memberikan sanksi tegas kepada manusia silver. Karena, mereka hanya dikategorikan sebagai pengganggu ketentraman dan ketertiban umum.
"Yang ngambilnya Satpol PP. Kalau Satpol PP untuk trantibum ada sanksinya ada dendanya biar mereka kapok. KalauDinsos, misalnya gelandangan, pengemis ya kita bina. Tapi kan mereka manusia silver bukan penyandang kesejahteraan sosial," tuturnya.
Lebih lanjut, Dinsos selalu melakukan pendekatan-pendekatan kepada manusia silver. Dan, bahkan berdiskusi dengan orangtuanya mengenai pekerjaan anaknya.
"Manusia silver ini selalu kita lakukan pendekatan, kita ajak diskusi dengan orangtua. Kadang orangtuanya enggak tau, anaknya jadi manusia silver. Selalu kita jangkau," ucap Wahyuno. [ars]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/2IYo5Fg
via gqrds
0 Response to "Ini Alasan Dinsos Tangsel Tak Bisa Bina Manusia Silver"
Posting Komentar