Analis Politik: Main Bubarkan FPI, Apa Jokowi Dan Mahfud Lupa Telah Dibesarkan Oleh Ormas?
RMOLBANTEN Pembubaran Front Pembela Islam (FPI) oleh negara dengan berbagai alasan ternyata masih belum diterima sebagian masyarakat.
Bagi analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah akibat pembubaran itu Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD seperti kacang yang lupa akan kulitnya.
Baik Jokowi dan Mahfud harus ingat bahwa organisasi kemasyarakatan (ormas) merupakan bagian yang membesarkan namanya.
"Saya termenung sejenak, lalu berpikir apa yang sesungguhnya sedang terjadi di republik ini, kok negara semena-mena membubarkan organisasi masyarakat (ormas) ya?" ujar Ubedilah dikutup dari Kantor Berita Politik RMOLID, Jumat (1/1).
Jokowi bisa menjadi presiden karena adanya peran dari sekelompok relawan yang membentuk ormas. Kehadiran mereka tidak dilarang sekalipun tidak memiliki legal standing, sebagaimana yang dipermasalahkan pada FPI.
"Apakah mereka lupa telah dibesarkan ormas? Ingat tahun 2014 ya, kemudian berlanjut tahun 2019. Di balik relawan tidak sedikit yang terkoneksi dengan buzzer atau ada juga buzzer dibiayai relawan. Jangan tanya siapa yang membiayai relawan?" kata Ubedilah.
Para relawan tersebut hingga saat ini masih kencang ribut di media sosial yang menyebabkan tensi sosial masih tinggi.
"Siapa yang salah? Buzzernya atau yang membiayai? Atau relawannya? Atau ormasnya?" tegas Ubedilah.
Selain Jokowi yang bisa menjadi presiden karena ormas, Mahfud MD bisa menjadi Menko Polhukam karena lahir dari ormas, yaitu ormas Nahdlatul Ulama (NU).
"Tanpa NU, Mahfud MD tidak mungkin sebesar seperti saat ini. Jadi pejabat, tidak tangung-tanggung jabatannya Menko Polhukam," terang Ubedilah.
Dengan demikian, sesungguhnya ormas telah memberi kontribusi besar dalam membangun negara. Karena, banyak melahirkan sumber daya manusia yang dibutuhkan negara.
Ormas sering membantu negara dalam situasi sulit. Sejak episode melawan penjajah, menghadapi bencana hingga melawan Covid-19.
"Sebab negara tidak cukup mampu bekerja atasi problem tanpa bantuan ormas. Silakan cek apa sumbangan NU saat Indonesia hadapi musibah? Silakan cek sumbangan Muhammadiyah saat tingkat pendidikan Indonesia masih rendah?â ujarnya.
"Kalau mau nanya ini juga boleh, apa sumbangan ormas FPI saat Indonesia hadapi musibah? Dari musibah gempa, Tsunami sampai Covid-19? Silakan di cek," demikian Ubedilah Badrun. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/350cy2V
via gqrds
Bagi analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah akibat pembubaran itu Presiden Joko Widodo dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD seperti kacang yang lupa akan kulitnya.
Baik Jokowi dan Mahfud harus ingat bahwa organisasi kemasyarakatan (ormas) merupakan bagian yang membesarkan namanya.
"Saya termenung sejenak, lalu berpikir apa yang sesungguhnya sedang terjadi di republik ini, kok negara semena-mena membubarkan organisasi masyarakat (ormas) ya?" ujar Ubedilah dikutup dari Kantor Berita Politik RMOLID, Jumat (1/1).
Jokowi bisa menjadi presiden karena adanya peran dari sekelompok relawan yang membentuk ormas. Kehadiran mereka tidak dilarang sekalipun tidak memiliki legal standing, sebagaimana yang dipermasalahkan pada FPI.
"Apakah mereka lupa telah dibesarkan ormas? Ingat tahun 2014 ya, kemudian berlanjut tahun 2019. Di balik relawan tidak sedikit yang terkoneksi dengan buzzer atau ada juga buzzer dibiayai relawan. Jangan tanya siapa yang membiayai relawan?" kata Ubedilah.
Para relawan tersebut hingga saat ini masih kencang ribut di media sosial yang menyebabkan tensi sosial masih tinggi.
"Siapa yang salah? Buzzernya atau yang membiayai? Atau relawannya? Atau ormasnya?" tegas Ubedilah.
Selain Jokowi yang bisa menjadi presiden karena ormas, Mahfud MD bisa menjadi Menko Polhukam karena lahir dari ormas, yaitu ormas Nahdlatul Ulama (NU).
"Tanpa NU, Mahfud MD tidak mungkin sebesar seperti saat ini. Jadi pejabat, tidak tangung-tanggung jabatannya Menko Polhukam," terang Ubedilah.
Dengan demikian, sesungguhnya ormas telah memberi kontribusi besar dalam membangun negara. Karena, banyak melahirkan sumber daya manusia yang dibutuhkan negara.
Ormas sering membantu negara dalam situasi sulit. Sejak episode melawan penjajah, menghadapi bencana hingga melawan Covid-19.
"Sebab negara tidak cukup mampu bekerja atasi problem tanpa bantuan ormas. Silakan cek apa sumbangan NU saat Indonesia hadapi musibah? Silakan cek sumbangan Muhammadiyah saat tingkat pendidikan Indonesia masih rendah?â ujarnya.
"Kalau mau nanya ini juga boleh, apa sumbangan ormas FPI saat Indonesia hadapi musibah? Dari musibah gempa, Tsunami sampai Covid-19? Silakan di cek," demikian Ubedilah Badrun. [dzk]
from RMOLBanten.com https://ift.tt/350cy2V
via gqrds
0 Response to "Analis Politik: Main Bubarkan FPI, Apa Jokowi Dan Mahfud Lupa Telah Dibesarkan Oleh Ormas?"
Posting Komentar